Tandai typo-nya yaaa
Film yang Elmira tonton sebenarnya cukup menarik, namun otaknya tidak bisa diajak berkompromi dengan baik sebab persoalan tadi ternyata menyita pikiran, perasaan dan mood nya sebanyak itu.
Elmira merasa beruntung ia memilih seat yang tidak banyak orang lain di sekitar. Pada kenyataanyta ia menonton film ini selang beberapa hari setelah tayang perdana sehingga tidak terlalu ramai. Keberuntungan ini sekaligus membuatnya merasa leluasa melakukan apapun termasuk menangis.
Terdengar lebay tapi sepertinya inilah batas toleransi dari beberapa perasaan tidak enak yang ia rasakan akhir-akhir ini. Kemarin Elmira masih tahan untuk tidak menangis meskipun saat mendengar kabar kasus Diana dicabut ia merasa putus asa sampai tak sadar menangis kecil. Tangisnya kali ini dilakukan dengan sadar karena Elmira merasa dadanya sudah penuh sesak akan kesedihan.
Elmira benar-benar tidak melihat Kalel lagi setelah ia menarik diri dari counter tadi. Ia hanya memakan popcorn dan sesekali menyedot minumannya untuk mengalihkan perhatian.
Benar adanya kalau kita dilarang berharap lebih sebelum semuanya jelas. Kebetulan yang sangat baik tidak terhitung sebuah kepastian.
Elmira merasa sangat sial. Sudah ditekan masalah dari berbagai sisi, kini satu-satunya orang diluar keluarga yang mengetahui semuanya dan berharap bisa menjadi penjaga kewarasan Elmira justru turut menjadi sumber kecewa. Mungkin bagian ini sebetulnya salah Elmira sendiri.
Ia berharap keluar studio nanti wajahnya tak terlihat sembab.
Nyaris pukul sembilan malam dan Elmira sepertinya harus segera keluar. Ia tak sadar apakah film nya sudah mencapai bagian akhir atau belum, tapi Elmira ingin cepat pulang saja.
Gadis itu meniti tangga untuk berjalan ke pintu keluar sambil membawa sampah makanannya untuk dibuang ke tempatnya.
Elmira benar-benar berharap ia tidak harus bertemu siapapun lagi. Ia hanya ingin pulang. Ternyata bersama keluarga lebih seru, ia tak mau sendirian lagi.
Gadis itu berjalan cepat sambil mencari kontak Acha.
"Halo, Mbak Acha dimana? Sibuk nggak?" tanya Elmira langsung saat telepon diangkat.
"Di rumah. Kenapa, El? Dah selesai?"
"Iya, mau dijemput."
"Oke, aku bilang ayah."
"Dijemput Mbak Acha aja," kata Elmira dengan suara bergetar.
"Loh, kamu kenapa?"
Acha tentu selalu tahu kebiasaan adiknya saat menangis.
"Enggak," kata Elmira menenangkan diri. "Jemput ya mbak? Naik motor aja biar cepet."
"Oke, aku OTW. Kamu tunggu di depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Never
Teen FictionElmira tidak menyangka tahun pertamanya di SMA Wijaya Kusuma membawa sebuah kejadian besar yang tidak pernah Elmira bayangkan sepanjang eksistensinya di dunia. Dimulai dari munculnya sebuah postingan yang menjadi sumber kejahatan revenge porn sanga...