Thrty-Svnth

6 1 0
                                    

Tandai typo-nya yaaa🏐





Tandai typo-nya yaaa🏐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"The guy I just met in the application," kata Elmira serius sebelum meringis kecil. "Abang ojol."

Kalel berdecak merasa dikerjai.

"Ojol motor?"

"Iya, biar cepet sampe."

"Nggak pake jaket?"

Elmira menggeleng. "Saya nggak bawa, kan tadi berangkat sama Timothee pake mobil. Jadi nggak kepikiran pake jaket."

"Lain kali minjem," kata Kalel.

"Iya, kak," kata Elmira tak mau membuat alasan lagi.

"Then, dimana lo ketemu Gumilar?"

"Di depan ruang ICU, setelah saya selesai jenguk dan bicara sama Bu Naifa, saya keluar dan menemukan dia udah berdiri di depan ruangan sama dokter dan direktur rumah sakit," kata Elmira mengingat posisi tadi. "Mungkin nunggu gantian sama saya masuknya."

Kalel mengalihkan tatapan pada jemari Elmira yang bertaut selama ia bicara. Pasti malam ini agak mengejutkan bagi Elmira setelah semua itu.

"Lo oke?"

Elmira mengangguk kecil. "He looks like Katrina so much. Kalo Diana lebih mirip ibunya cuma bentuk wajahnya persis Gumilar."

Ia diam sebentar.

"They're really a family."

Ya, mereka memang keluarga. Secara biologis begitu.

"Akhirnya saya bisa lihat langsung wajah orang yang jadi sumber segala kecacatan dalam hidup temen-temen saya," kata Elmira selepas menghela napas dalam.

Kalel menyisir rambutnya ke belakang mendengarnya. Apa yang bisa ia lakukan untuk Elmira dan mungkin pikirannya yang rumit?

Dengan ragu Kalel mengangkat tangannya dan menepuk kaku pundak Elmira dua kali.

Elmira menoleh pada pundak kirinya dan tertawa kecil pada Kalel.

"Kenapa, kak?"

Kalel buru-buru menarik tangan dan menggaruk hidungnya. "Lo keliatan upset."

Gadis itu meringis kecil. "Enggak, kok. Saya udah paham kalau memang kondisi diantara mereka serumit itu. Begitu juga dengan saya yang harus jadi salah satu perantara mereka."

"Cuma rasanya.. apa ya, masih nyes aja keinget itu," kata Elmira mendongak menatap langit malam yang bersih dari bintang dan bulan. "Saya cuma berharap Tuhan kasih yang terbaik buat mereka."

Kalel mengangguk pasti. "Pasti. He will."

Elmira menatap Kalel sejenak sebelum tersenyum lebar. Ia beranikan mengangkat tangan dan menepuk lengan Kalel yang jauh lebih tinggi darinya sebanyak dua kali.

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang