Fftieth

6 1 2
                                    

Tandai typo-nya yaaa

Elmira menatap ayahnya yang tengah terpejam dari balik kaca ruangan intensif. 

Hari ini sepulang sekolah, Elmira ingin menjaga ayah meski tidak full seharian karena malam nanti ia akan bergantian dengan bunda. 

Gadis itu kemudian berjalan dan duduk di kursi tunggu nyaman yang tersedia di depan ruang ICU. Elmira menepukkan kedua tangannya pelan ke paha yang masih terlapis seragam karena merasa lelah seharian.

Kalau ia saja lelah, apalagi bundanya? 

Lebih dari sekali bunda pasti bolak-balik dari rumah kemari. Belum ketika di sini, bunda tidak bisa istirahat dengan nyaman. Bagaimanapun rumah sakit bukan hotel yang menyediakan fasilitas untuk kenyamanan, apalagi menunggu orang sakit tidaklah seenjoy itu.

Elmira tidak sendirian berjaga di sini, beberapa orang juga sama. Mereka juga sedang terdiam sekaligus berdoa dengan keras dalam hatinya agar keluarga mereka di dalam berhasil berjuang dan keluar dengan keadaan membaik.

Setelah memfokuskan diri untuk berdoa beberapa saat, gadis itu mengambil sebuah novel yang sengaja ia bawa dari tas. 

Percy Jackson. 

Membuka halaman pertama, Elmira temukan pembatas buku bergambar One Direction, band kesukaan Elmira sejak dulu meski sekarang mereka sedang hiatus. Ia tersenyum tipis karena ayah yang membelikannya.

Membaca novel tidak buruk juga sepertinya. Mengisi kekosongan sembari menunggu disini. 

"Elmira."

Gadis itu mendongak karena seseorang memanggilnya.

"Dokter Yohana," Elmira tersenyum menyapanya kemudian berdiri.

Wanita itu tersenyum ramah. "Kamu gimana kabarnya? Sudah baikan?"

"Jauh lebih baik, dok. Terimakasih banyak," ucapnya.

Dokter Yohana adalah penanggung jawab pasien dokter bedah dalam operasi Elmira kemarin. Orangnya baik sekali.

"Syukur kalo gitu. Nggak ada keluhan ya, tangannya?"

"Nggak ada, dokter. Semuanya baik," jawab Elmira.

Dokter Yohana mengangguk sambil tersenyum. "Jangan lupa kontrolnya rutin ya, jangan skip-skip."

Elmira tertawa kecil. "Siap, dokter."

Wanita itu mengelus pelan tangan Elmira yang terbalut gips.

"Lagi nunggu ayah, ya?" tanya Dokter Yohana.

Elmira tersenyum tipis. "Iya dokter, habis dari sekolah pingin ketemu ayah dulu."

Elmira tak tahu apa yang dipikirkan Dokter Yohana, atau pura-pura tak tahu.

Dibalik senyumnya, ada perasaan tak tega saat melihat Elmira. Mungkin rasa iba? 

"Saya sempet bincang sama Dokter Tama yang nanganin Prof Janadi," kata Dokter Yohana. "Ayah kamu punya perkembangan yang cukup baik di dalam. Mungkin dalam waktu dekat Prof Janadi bisa dipindahkan ke ruang rawat karena kondisinya terus membaik."

Perlahan senyum Elmira mengembang.

"Kamu percaya, kan, sama kekuatan doa dan dukungan? Sebagai keluarga dan orang terdekat, hal utama yang harus Elmira lakukan adalah berdoa. Terus berdoa. Kemudian rajin datang kemari, sekedar bisikin ke ayah buat ngasih support."

"Ayah memang belum sadar, tapi otaknya bekerja. Beliau pasti dengar apa yang keluarganya katakan dan rasakan karena ikatan kuat yang kalian punya," kata Dokter Yohana tersenyum lebar.

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang