Thrty-Thrd

6 1 0
                                    

Tandai typo-nya yaaa



Tandai typo-nya yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalel tidak tahu kalau selepas latihan yang melelahkan tadi, malamnya ketika kembali ke rumah ia menemukan Milan sudah nongkrong di ayunan besar yang berada di halaman rumah.

Mana sambil makan risol mayo buatan Lia pula. Kalel saja belum mencoba, sudah disikat badut itu duluan.

Tak mau waktu berharganya diganggu Milan, Kalel langsung cepat-cepat ke lantai dua dimana kamarnya berada lalu mengunci pintu. Tentu saja tidak dengan berlari, ia hanya berjalan cepat supaya Milan tidak terdistraksi dan berakhir membuat kegaduhan di rumah karena ingin masuk kamar Kalel.

Demi apapun, lelah sekali menghadapi Milan

Tapi namanya sedang dalam satu rumah, tidak bisa juga benar-benar menghindar.

Kalel sebenarnya berpikir bahwa Milan mungkin sudah pulang karena hari semakin malam dan jalan pulang menuju rumah Milan rawan begal, katanya. Bisa sih lewat yang ramai, hanya saja lebih jauh.

Ternyata bocah itu masih di sini.

Dan tahu kabar buruk selanjutnya?

"Gue nginep sini."

Kalel benar-benar tidak tahu lagi harus mengeluh seperti apa.

Mamahnya jelas memperbolehkan, apalagi papahnya. Kelian juga senang ada teman lagi, Kalila mungkin biasa saja, tidak terganggu dan tidak senang juga. Rupanya hanya Kalel yang terganggu oleh Milan yang menginap.

"Nyalain aja nggak sih lampunya?"

Kalel langsung bangun dari kasur dan membawa serta gulingnya.

"Eh, eh, mau kemana?" tanya Milan panik ditinggal sendirian.

"Lo diem di situ! Jangan ikutin gue!"

"Buset, kenapa sih lo?!"

"Kenapa kata lo?" tanya Kalel tidak habis pikir. "Sekarang pilih, lo tidur sini gue pindah, apa lo yang pindah?"

"Lah, kenapa nggak bareng aja?"

"Nggak, anjing! Lo pilih apa gue yang milih?!"

Milan melotot antara takut dan panik. Ia tidak bisa tidur sendiri di rumah Kalel lantaran takut. Menurutnya rumah ini berhantu hanya karena arsitekturnya dan sudah ada sejak jaman penjajahan.

"Pilih yang berdua."

"Pindah lo. Sana sama Ian!" suruh Kalel

"Dih, nanti gue ditendangin pas tidur!"

"Nggak peduli. Keluar sekarang!" suruh Kalel yang langsung dituruti Milan sambil memajukan bibir.

"Jahat banget," gumamnya.

Kalel yang tidak sabar langsung mendorong Milan lalu menutup pintunya dari dalam dan menguncinya.

Suara tendangan sekali dari luar tidak membuat Kalel terganggu dan malah menghembuskan napas lega sambil berbaring di kasur lagi.

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang