Tandai typo-nya yaa🌙
"Jadi kalo ada mosi jelek kaya gitu ya mau nggak mau kita harus bisa menempatkan diri dengan baik. In case kalian diminta memihak seorang pencuri ya harus dilakukan sebaik mungkin," jelas Bu April menunjuk salah satu mosi di juknis lomba.
"Apapun yang memungkinkan untuk membela mereka, gunakanlah. Entah dengan menyalahkan pemerintah yang kurang menyediakan lapangan kerja, atau mungkin perusahaan layoff pada mereka terlebih tidak diberi pesangon dan lain sebagiannya."
"Yang perlu kalian tanamkan adalah kalau dalam debat itu, yang menang bukan mereka yang diuntungkan oleh mosi, tapi mereka-mereka yang bisa meyakinkan dewan juri. Percuma kalau ada di posisi menguntungkan tapi eksekusinya jelek, tetep aja kalah," kata Bu April.
Shalitta mengangguk-angguk paham.
"Tapi, bu, mosi kaya gini apa masih mungkin keluar ya?"
"Kalau sudah di evaluasi harusnya tidak dikeluarkan lagi yang jelek-jelek gini," kata Bu April. "Saya juga sudah rundingkan dengan MGMP soal mosi ini. Kemungkinan keluarnya kecil karena dapat kritik hebat waktu itu."
Dua tahun yang lalu, tim Wijaya Kusuma dirugikan berat dengan kondisi serupa. Bukannya tidak berkompeten, tapi keuntungan yang diperoleh lawan nyatanya dieksekusi dengan baik. Sehingga laga final saat itu menjadi milik lawan sepenuhnya. Apabila dua pihak sama-sama full power, tentu saja pemenangnya adalah pihak yang didukung mosi.
Dan setelah kompetisi berakhir, rupanya tidak hanya sekolah ini saja yang mengajukan protes tapi juga beberapa pihak lain yang turut menonton akibat kualitas mosi yang buruk bisa merugikan salah satu tim.
Makanya penting bagi Bu April dan guru sekolah lain untuk rutin memantau perkembangan pembuatan juknis oleh panitia supaya tidak terulang hal serupa.
"Berarti dijamin nggak ada kan, ya, bu?" tanya Andin.
"Semoga saja begitu."
"Deg-degan kita, bu, kalo sampe kaya gitu," curhat Shalitta mengutarakan kegelisahannya.
Bu April tertawa kecil. "Santai aja, tim ini pasti lebih dari hebat kalau masalah mempertahankan keunggulan."
"Amin."
Elmira tersenyum kecil mendengar Shalitta dan Andin berseru. Dalam hati Elmira juga berdoa hal serupa.
"Udah dulu, ya, nak. Sudah mau jam pulang, kalian beres-beres dan bersiap pulang aja."
Bu April mulai berdiri dari kursinya.
"Besok Senin jam berapa, bu, persiapannya lagi?" tanya Shalitta yang turut berdiri bersama yang lain menghantarkan pembimbing mereka.
"Habis istirahat pertama aja ya? Kalian pelajaran dulu," kata beliau.
"Baik, bu."
Diam-diam rupanya Bu April memerhatikan Elmira yang agak berbeda dari biasanya. Gadis itu seperti tak bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Never
Teen FictionElmira tidak menyangka tahun pertamanya di SMA Wijaya Kusuma membawa sebuah kejadian besar yang tidak pernah Elmira bayangkan sepanjang eksistensinya di dunia. Dimulai dari munculnya sebuah postingan yang menjadi sumber kejahatan revenge porn sanga...