bab 3

4.5K 65 0
                                    

Pagi ini seperti biasa Anin membuka toko dengan seribu harapan agar ia bisa dengan mudah mengumpulkan uang untuk operasi adik nya dari toko peninggalan orang tuanya itu.

Ia kembali di temani sahabat karib nya dari jaman SMA hingga sekarang, seseorang yang selalu mensupport Anin dari segi apapun.

Sebenarnya ia memiliki satu karyawan pada bagian pengiriman ,namun ia ijin cuti untuk beberapa hari dengan alasan yang nggak Anin ketahui dengan pasti , ia bernama gavin .

Alhasil Anin lah yang menghandle semuanya sendiri ,mulai dari packing hingga pengiriman, beruntung nya Tere mau membantunya sejak Gavin ijin cuti ,jadi Anin bisa dengan bebas meninggalkan toko untuk mengirimkan barang .

" Anin .."

Anin yang tengah merakit bunga mengangkat kepalanya dengan malas , sebenarnya ia sudah tau dari awal siapa yang datang.

" Tante mau apa ?"

Tanya nya dingin ,kemudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa memperdulikan sang Tante yang sedang tersenyum miring .

Tere beranjak mendekati Anin lalu mencolek pinggangnya , sebuah isyarat yang mempertanyakan maksud dan kedatangan Tante Anin yang tak di undang itu ,tapi Anin tak mengindahkan colekan Tere.

" Tante dengar briant kembali di rawat ,dan harus segera di operasi ya ?"

Anin hanya menjawab pertanyaan tantenya dengan sebuah deheman , bukan bermaksud tidak sopan ,tapi ia sudah tau maksud kedatangan tantenya bahkan ketika sang Tante baru menginjakkan kakinya di depan toko Anin .

" Anin Tante sedang bicara loh , tolong tunjukkan sedikit kesopanan kamu kepada Tante "

Anin menarik ujung bibir nya ,begitu juga Tere .

" Tante Widia yang terhormat , ngomongin soal kesopanan , apakah Tante pantas ? Tante sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang wajib di segani"

Widia terperangah mendengar ucapan Tere , dari awal ia tidak suka kalau Anin bergaul dengan Tere , karena semenjak Anin berteman dengan Tere ,gadis itu berubah menjadi pembangkang , dan Widia menjadi kesulitan mengontrol Anin dan juga harta peninggalan orang tuanya.

" Dasar anak tidak punya sopan santun, seperti nya Anin harus mempertimbangkan sahabat seperti kamu ,yang nggak membawa pengaruh baik sama sekali "

Tere tertawa terbahak-bahak membuat Widia mengangkat sebelah alis nya .

" Sepertinya Anin akan lebih mempertimbangkan Tante sebagai pengganti orang tuanya dari pada saya sebagai sahabatnya deh "

Kedua bodyguard Widia bergerak hendak memberi pelajaran pada Tere namun Widia menahan mereka berdua , ia nggak mau Anin semakin kehilangan respek dan dia semakin nggak bisa mengontrol gadis itu.

" Sebenarnya tujuan Tante apa ?"

Tanya Anin dingin ,tanpa menoleh pada Widia .

" Anin Tante nggak apa-apa kalau kamu membenci Tante tapi tolong dengarkan Tante kali ini saja "

Anin mengangkat kepalanya,lalu mendengus pelan.

Ia sangat malas menanggapi drama yang akan di ciptakan oleh tantenya .

" Ya udah ngomong aja "

" Tapi Tante hanya mau ngomong sama kamu selaku keponakan Tante ,jadi yang nggak bersangkutan harap keluar dulu "

Ia melirik Tere sinis,sedang Tere mengepalkan tangannya seperti ingin menggebuki Tante menor yang ada di depannya itu ,ia nggak rela kalau Widia kembali mencuci otak Anin dan berusaha mengendalikan Anin.

Mafia Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang