bab 64

1.1K 23 2
                                    

" lepasin !" Pekik seorang gadis , mata bulat nya menatap penuh kebencian ke arah pria yang juga tengah menatap nya.

" Aku akan melepaskan mu jika kamu memberikan apa yang aku minta "

" Jangan harap !" Teriaknya keras , wajahnya memerah menahan emosi , ia berusaha keras menggesekkan tangannya, sesekali menarik nya dengan kuat berharap ikatan pada tangannya terlepas.

Tapi alih-alih terlepas, tangannya justru terasa sakit dan panas karena bergesekan dengan kursi serta tali yang mengikat tangan nya.

" Kau adalah orang kedua yang berani berteriak pada ku setelah dirinya"

Gadis itu tidak perduli , ia benar-benar muak melihat pria yang tengah duduk di sebuah kursi dengan menumpuk kaki nya di diatas kakinya yang lain , serta cerutu yang ada di sela-sela jarinya.

Ingin sekali ia memukul bibir pria itu dengan kursi yang digunakan untuk menyandra nya , menghilangkan gummy smile yang selalu di banggakan sahabatnya.

" Kau jangan mimpi ! Bahkan aku lebih baik mati dari pada membuat Anin jatuh lagi kedalam pelukan pria psikopat seperti mu"

Louis menggertakkan gigi-giginya , menatap tajam ke arah Tere dengan wajah yang sudah merah padam .

" Aku akan memberikan nya jika itu maumu ! Setelah aku mengetahui dimana Anin berada "

Louis membanting cerutu nya , menginjakkan nya penuh emosi membuat Tere memejamkan matanya karena terkejut.

" Jadi seperti ini yang Anin rasakan dulu " tangis nya dengan bibir bergetar,setelah Louis meninggalkan ruangan tempat nya di sekap.

Ia benar-benar menyesal tak berusaha lebih ekstra lagi mencari gadis itu ,pasti dulu Anin sangat ketakutan seperti dirinya.

Tere memicingkan matanya menyambut seseorang yang datang  namun bukan pria dengan gummy smile tadi , ia sudah bisa menerka-nerka siapa pria yang sedang membawa nampan itu hanya dengan melihat bentuk matanya.

" Makan lah !"

" Ku pikir kamu bukan pria idiot yang menyuruh orang makan dengan tangan terikat"

Pria itu menghela napas kasar , meletakkan nampan itu pada meja yang tak jauh darinya lalu menarik meja itu hingga ke depan Tere .

" Mulut mu pedas sekali , mungkin perkiraan ku benar ,dulu nya nona Anin adalah gadis lemah lembut namun karena sudah terkontaminasi oleh mu dia jadi nggak jauh berbeda dengan mu "kata pria itu mendekatkan sendok yang berisi makanan ke mulut nya .

" Kau pikir aku virus ?"

" Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau kamu berpikir demikian , sekarang bukalah mulut mu "

Tere menelengkan wajahnya " aku tidak mau "

" Kalau begitu makan lah sendiri seperti seekor babi "

Tere membulatkan matanya saat pria itu meletakkan sendoknya lalu melenggang pergi.

" Yak ! Begitu cara mu memperlakukan tawanan ?"

"Itu sudah jauh lebih baik , biasanya aku akan melemparkan makanan ke dekat mereka dan dengan lucunya mereka memburunya seperti babi yang sedang kelaparan"

Tere terbelalak " jika hal semacam itu kau anggap lucu ,ku sarankan kau untuk ke psikiater dan mengobati sakit jiwa mu " sungut nya kesal.

Tere menatap makanan di depannya tanpa minat sesaat setelah kepergian pria itu, meskipun ia sedikit merasa lapar ,tapi dengan membayangkan ia makan seperti babi membuat laparnya menguap seketika.

Ia bertanya-tanya apakah seluruh orang yang bersama Louis memiliki temperamen yang sama ? Bagaimana bisa bos dan anak buahnya sama-sama memiliki sikap yang mengerikan seperti itu.

Mafia Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang