CHAPTER LXI ║ Akhir

1.3K 12 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Semalam kemarin Ayana cukup dibuat tidak bisa tidur. Dirinya juga dipaksa untuk menginap di rumah keluarganya Angkasa. Pagi ini Ayana sedang berada di dapur sambil berkutat dengan beberapa alat masak di sana. Sudah banyak makanan yang Ayana buat.

Mengingat sikap Angkasa semalam, Ayana mengerti itu. Bukan karena ia pernah mengalaminya, tapi ia tahu bagaimana kehilangan seseorang. Parahnya, Ayana kehilangan tanpa ditinggalkan. Sikap Angkasa semalam cukup membuat Ayana terkejut. Ayana tahu, Angkasa adalah orang yang sangat sabar dalam menghadapi sesuatu. Tapi semalam Ayana benar-benar melihat sisi lain Angkasa.

Meski dirinya tahu setiap orang pasti punya sisi seperti itu.

"Kamu masak ini semua?"

Ayana menoleh ke belakang dan melihat Sira berdiri di hadapan meja makan menatap semua masakan yang Ayana buat. Bahkan Sira menatapnya melongo.

"Ah, iya. Maaf Ayana ngga ijin dulu buat pake dapurnya bunda."

"Gapapa, malah bunda mau bilang makasih banget karna kamu mau masak kaya gini. Padahal dulu bilangnya ngga sering." Katanya teringat perkataan Ayana yang berkata tidak sering memasak.

Padahal tidak sering juga bukan berarti tidak bisa.

"Sekarang juga ngga sering kok." Karena dirinya lebih sering memesan makanan. Atau tidak memakan masakan Raina dan Fridzy.

"Terus kenapa bisa bikin sebanyak ini? Emang bakal abis?"

"Ayana ngga tau sih, Bund." Ayana hanya cengengesan karena tak tahu harus menjawab apa.

"Ini biar Bunda selesain. Tolong panggilin Bulan sama Angkasa, ya."

Ayana hanya mengangguk. Ia melangkahkan kakinya ke kamar Bulan terlebih dahulu. Untuknya Bulan sudah lebih baik dari kemarin saat Ayana membangunkannya. Ayana bersyukur.

Lalu ia masuk ke dalam kamar lelaki itu. Tapi Ayana yakin, hal ini tidak akan mudah jika melihat bagaimana sikap Angkasa semalam. Ayana memasuki kamarnya karena lelaki itu tak menyahut saat Ayana panggil namanya.

Ayana bisa melihat Angkasa masih tertidur dengan posisinya yang masih sama seperti semalam. Wajahnya tampak lebih damai dari semalam. Ayana mencoba membangunkannya dengan lembut. Untungnya berhasil.

"Semaleman kamu di sini?"

"Ngga. Ayo bangun! Bentar lagi kita sarapan."

"Aku makan di sini aja."

"Bunda bakal sedih kalo liat kamu kaya gini terus. Bunda sama Bulan udah baik sekarang, kamu ngga perlu khawatirin hal-hal buruk yang kamu pikirin." Setelah memikirkan perkataan Ayana, Angkasa pun menuruti perkataannya.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang