CHAPTER XXIV ║ Pergi

112 5 0
                                    

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Jadi ini pacar kamu, Raina?"

Sekarang Adan sedang mengintrogasi dua anak perempuannya. Dengan seorang lelaki masing-masing di samping mereka.

"Iya." Raina sepertinya benar-benar takut dengan Ayahnya itu. Sekarang saja, Raina menunduk tak mau menatap Ayahnya.

"Siapa kamu berani macarin anak saya?" Tanya Adan lagi. Sekarang suranya lebih tegas, mungkin karena ia sedang bertanya pada Raja.

"..." Dan, sepertinya Raja bingung harus menjawab apa.

"Jelasin Na!" Adan sepertinya sudah pusing dengan satu anaknya itu. Sekarang saja Adan memijat keningnya melihat tingkah dia remaja itu.

"Mereka pacaran dari kelas sepuluh. Ga lama abis ulangan tengah semester. Namanya Raja. Anaknya om Danuar, pemilik perusahaan besar. Ayana yakin om pasti tahu siapa om Danuar."

"Alesan kamu pacaran sana anak saya?" Tanya Adan lagi. Pada Raja.

"Na." Bisiknya pada Ayana, dan namun tidak menjawab pertanyaan Adan.

"Kamu ini! Kamu itu laki, harusnya pertanyaan gini aja bisa kamu jawab. Bukannya malah minta tolong sama orang lain. Jawab sendiri! Saya ga peduli kamu anak siapa." Bentaknya pada Raja.

"Kita pacaran karna kita saling suka. Kita sama-sama mau. Jadi ga ada paksaan buat kita jalanin hubungan ini."

Terdengar kaku. Membuat Ayana dan Angkasa menahan tawanya serta rasa geli yang menyerang perasaannya saat ini. Kenapa lelaki ini sangat konyol? Itu yang ada di pikiran Ayana sekarang. Tapi jika dipikir-pikir ucapannya memang tidak bohong.

"Kamu mau juga, Raina?" Raina yang ditanya pun mengangguk.

"Hhhh... Papah biarin kalian pacaran. Tapi jangan lupa kalo sekarang kamu papah awasin Raina." Peringatnya pada dua remaja yang sejak tadi dilanda ketakutan. Padahal sejak beberapa waktu lalu, Adan menyimpan seseorang di dekat anaknya saat di pantai itu.

"Na, om titipin dia deh sama kamu. Udah puyeng om sama ini anak satu."

"Kalo macem-macem gapapa kan, Ayana pukul?" Tentu itu hanya gurauan. Tapi mengingat ucapan Raja di pantai tadi. Membuat Raina dan Raja sendiri menganggapnya serius.

"Pukul aja, om serahin deh."

"Pahhh!"

"Udah kalian berdua pergi aja mending. Papah mau ngomong sama mereka." Titah Adan pada Raina dan Raja.

.

.

.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang