CHAPTER XVII ║ Suka

603 12 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Kita mau kemana?"

Pertanyaan itu Ayana ajukan sambil memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah Angkasa. Lagi-lagi Angkasa tersenyum melihat tingkah Ayana.

Dua remaja itu tengah berada di atas kendaraan beroda dua. Tentu dengan Ayana yang duduk di kursi penumpang. Ayana tidak tahu, dirinya akan di bawa kemana oleh lelaki di hadapannya ini. Angkasa hanya menyuruhnya untuk bersiap dan ikut pergi menaiki motornya.

"Jalan-jalan, sekalian cari makan. Belum makan, kan?" Tanya Angkasa dengan santai.

"Hah?"

Mohon untuk di maafkan, dengan keadaannya yang berada di atas motor yang sedang melaju, terkadang pendengaran Ayana menjadi kurang bagus. Mungkin beberapa dari kalian juga mengalami hal itu dan mewajarkannya. Apalagi jika angin berhembus kencang, mungkin suara Angkasa tidak akan terdengar, kan?

"Udah makan?" Dengan kesabarannya, Angkasa mengulang kembali ucapannya.

"Ahh, udah."

Sebelumnya, Ayana sudah memakan semangkuk sop ayam di rumah. Jadi mungkin, Ayana tidak akan makan lagi untuk kedua kalinya. Itu yang Ayana pikirkan. Dan juga, akhir-akhir ini berat badan Ayana sedikit naik karena jarangnya berolahraga. Jadi Ayana mulai mengurangi porsi cemilannya dan makanannya.

"Kalo gitu, temenin aku makan." Angkasa tidak peduli dengan jawaban Ayana. Ia tahu, Ayana pasti akan makan lagi karena dirinya makan. Ayana bukan orang yang akan membiarkan seseorang makan sendirian.

"Apa?" Lagi-lagi. Sepertinya telinga Ayana harus diperiksa.

"Temenin makan!"

"Ohh, oke." Jawabnya sambil mengacungkan jempolnya ke depan dengan senyum yang Angkasa tahu, jika Ayana sekarang sedang baik-baik saja.

Melihat itu sari kaca spionnya, Angkasa ikut tersenyum melihat Ayana bahagia. Dan Angkasa harap Ayana terus tersenyum seperti sekarang. Senyum yang indah tanpa beban atau paksaan. Dan bukan senyuman palsu yang dipakai hanya untuk formalitas.

Kini dirnya tahu, bagaimana Ayana sebenarnya. Ayana yang sering murung, Ayana yang sering kehabisan energinya, Ayana yang tersenyum padahal Angkasa sendiri tahu jika Ayana sudah lelah dengan semuanya, dan semua tentang Ayana.

Angkasa berhenti disebuah angkringan dan menyuruh Ayana untuk ikut membeli beberapa makanan di sana. Dengan sedikit paksaan akhirnya Ayana mau. Ya karena Ayana sendiri sudah makan waktu ia masih berada di rumahnya. Lihatlah apa yang Angkasa pikirkan benar-benar terjadi. Gadisnya tetap menurut.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang