CHAPTER XXXVII ║ Boneka

290 7 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Nazero dan Natanara. Mereka berdua duduk di depan televisi. Mereka bermain play station? Apa sekarang ayahnya sebebas itu membiarkan anaknya lupa waktu. Kemana juga semua orang? Kenapa rumahnya sangat sepi. Padahal dulu selalu ramai. Ayana benci rumahnya sekarang.

Melihat meja makan masih bersih, dan dapurnya kosong tak ada orang. Ayana berinisiatif untuk memasak. Entahlah, tiba-tiba ia ingin melakukannya. Sudah beberap masakan Ayana masak, tak lama beberapa orang pekerja di rumahnya datang. Mereka menghentikan langkahnya melihat kehadiran Ayana dan beberapa makanan tersedia di meja makan.

"Nona. Biar kami saja yang menyelesaikan ini semua. Maafkan kami karna terlambat menyiapkan makanan." Ucap salah satu dari mereka.

Kenapa mereka formal, baku banget? Pikirnya.

"Gapapa. Kalian bantu saya selesain aja ini yang belum." Mendengar itu, mereka langsung melakukan apa yang diucapkan Ayana.

Setelah selesai, Ayana menyuruh pekerja di sana untuk memanggil Anaya dan Natanara untuk makan malam. Ayana baru tahu, ibu dan ayahnya tidak ada di rumahnya.

"Gimana di Singapura?" Tanya Ayana tiba-tiba pada dua adiknya.

"Enak. Ga ada yang ngomel-ngomel."

"Iya."

Mendengar jawaban Anaya, Ayana langsung memberinya tatapan tajam. Jangan lupakan Nazero. Dia ada di sana duduk di sebelah Ayana.

"Becanda. Yaaa... Gitu deh, ga ada yang beda. Mungkin cuma kaya kadang ngalamin culture shock." Ralatnya.

"Bukan itu. Kalian masih belajar kan, kalo di rumah? Kalian ngga cuman belajar di sekolah." Jelasnya. Ayana melihat banyak perbedaan dari kedua adiknya itu setelah sekian lama hanya bertemu beberapa saat waktu itu.

"Belajar, lah!" Jawab Anaya tak terima karena kakaknya mengira jika dirinya terus bermalas-malasan.

"Tapi gue liat, lo berdua nyantei banget di rumah waktu ga ada Ayah. Seneng banget main-main sampe lupa waktu."

"Kita juga butuh main kali kak." Sahut Natanara.

"Dari pagi lo berdua diem di rumah main-main, emang kurang cukup waktunya? Padahal waktu kalian belajar cuman 2 jam di rumah. Itu juga banyak berhenti. Masih kurang? Apa ayah juga biarin kalian kaya gini di sana?" Ayana tidak tahu bagaimana kehidupan mereka selama di Singapura. Apa ayahnya selonggar ini dan tidak seketat dulu itu, Ayana tidak tahu. Tapi melihat adik-adiknya, entah mengapa Ayana melakukan itu.

"Bisa ga sih, lo jangan nyamain diri lo sama kita! Kita ga sama, kenapa lo selalu berpikir seolah apa yang lo alami harus kita alami juga? Lo mau kita juga gila sama kaya lo?! Lo mau kita jadi boneka, sama kaya lo?!" Anaya langsung pergi dari tempatnya setelah membanting sendok di tangannya dan kembali ke kamarnya diikuti Natanara. Selama ini, Anaya tahu penderitaan Ayana. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa dan tidak berbuat apa-apa. Memang apa yang bisa Ayana harapkan dari adiknya itu.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang