CHAPTER XXXI ║ Maaf

329 8 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Raina terlihat menatap Ayana dengan penuh harapan. Mungkin ia berharap semuanya bohong. Matanya menatap Ayana dengan tatapan yang sangat Ayana benci. Rasanya Ayana ingin mencongkel matanya itu. 

Tapi Ayana tak akan pernah melakukan hal itu. Ayana hanya benci dengan tatapan yang Raina berikan. Bukan benci pada Raina, sahabatnya. Dan sepertinya Ayana mendapat banyak gambaran, bagaimana Raina akan memberinya pertanyaan.

"Itu semua bener."

"Lo pernah ngelakuin apa aja selama kerja sama papah?" Raina merasa matanya mulai berkaca-kaca.

"Ngga ada. Gue cuman merhatiin lo, jagain lo sambil kita main-main. Tapi lo genang aja, gue ga sampe nyelidikin siapa aja yang deket sama lo. Gue cuman jagain lo dari hal yang ngga beres."

"Lo serius? Gue tau, orang-orang Papah itu pernah megang senjata kaya pisau atau pistol. Mereka nyingkirin orang-orang yang mengganggu buat mereka. Lo ngga ikut ngelakuin hal itu kan?" Dengan tatapan Raina yang tengah berharap itu, Ayana menggelengkan kepalanya.

"Ngga lah. Itu bukan kerjaan gue. Lagian Papah ngga ngijinin gue ngelakuin hal kaya gitu pastinya, kan?" Saat melihat Raina menatapnya dengan harapan penuh, Ayana pun berusaha meyakinkannya.

"Waktu gue nemuin lo di kantor sama kak Zio. Lo abis ngapain?"

"Latihan sama kak Zio. Gue lumayan sering pergi ke sana atau latihan di tempat lain sama kak Zio. Gue belum sehandal itu dalam bela diri. Lo tau, gue ikut taekwondo aja cuman buat ngisi waktu gue pas bosen aja."

"Jadi, lo ngelakuin itu semua beneran buat gue?" Tanyanya lagi memastikan semua jawaban Ayana.

"Lima puluh persen ya. Sisanya buat gue sendiri. Lo tau, lo selalu di kelilingi orang-orang yang selalu ngejagain lo. Beda sama gue, gue sendiri. Gue ngga bisa ngandelin siapa pun saat gue dalam masalah kalo gue lagi sendiri." Seharusnya Raina tidak prlu merasa iri, kan? Lihat disekitarnya, banyak orang yang selalu mengkhawatirkannya dan menjaganya dari mana pun.

"Yahhh... Lo bener, kayanya emang gue yang ngga bersyukur. Padahal hidup gue udah nyaman banget, gue juga ngga mikirin hal-hal berat kaya lo, gue juga ngga punya banyak tanggung jawab kaya lo. Tapi kenapa gue iri sama lo? Kenapa gue mikir hidup lo lebih baik dari gue? Padahal gue sahabat lo. Bisa-bisanya gue jadi kaya si Yura." Lirihnya.

"Lo bener, hidup gue ga seenak lo. Keluarga gue jauh, gue hidup sendiri meski kalian selalu ada buat gue, dan lo masih iri sama gue?" Tanya Ayana.

"Ayana... Maafin gue... Lagi-lagi gue nyusahin lo." Bukan lagi berkaca-kaca, mata Raina sebentar lagi pasti akan mengeluarkan air matanya.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang