CHAPTER XXV ║ Dewasa

521 8 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Ayana sekarang sedang berada di dalam kamar milik orang tuanya bersama ayah dan ibunya yang duduk di hadapannya. Sepertinya mereka tak tahu, apa yang ingin dibicarakan oleh Ayana. Keduanya tampak santai menatap Ayana yang duduk diam di depan mereka sambil menatap keduanya.

"Ayah ga mau ngomong?" Tanya Ayana yang kini menundukan kepalanya.

"Ayah? Ngga." Jawabnya sedikit bingung.

"Om Adan udah bicara kemarin sama Ayana. Ayah mau, Ayana atau ayah sendiri yang ngomong sekarang?"

"Ini ada apa, mas?" Benar. Ibunya belum mengetahui apa-apa. Wajar jika sekarang wanita itu menatapnya penuh khawatir.

"Dia udah ngomong rupanya." Gumannya sedikit keras.

"Aku ada tawaran buat naik jabatan." Ucapnya. Wntah ia harus senang atau sedih karena kenaikan jabatannya ibu. Pria itu merasa bingung.

"Wahhh, bagus dong. Mas terima?"

"Iya. Maaf aku ngga bicara dulu sama kalian." Ayana tidak bisa melakukan apapun juga ayahnya itu sudah menyetujui tawaran Adan. Biasa pun begitu, kan?

"Kenapa minta maaf? Itu bagus loh, kamu naik jabatan akhirnya."

"Tapi kita pindah ke Singapura." Apa ayahnya ini ingin mengulur waktu? Kenapa sejak tadi bertele-tele terus. Pikir Ayana dalam batinnya.

"Gapapa sih, bagus juga kan itu."

"Adan mau biayain semua kebutuhan kita di Singapura juga, tapi kita harus ninggalin Ayana di sini." Akhirnya. Ayahnya itu membuka suaraya. Membuat Ayana menarik sebelah sudut bibirnya.

"Kenapa ninggalin Ayana?"

"Kamu tau, kantor tempat aku kerja milik Adan. Dia nawarin hal bagus, ga mungkin aku tolak. Apalagi dia siap buat jagain Ayana. Dia mau fasilitasin semua kebutuhan Ayana sampe dia sukses. Ayana mau kuliah sejak dulu, dia mau ngejar cita-citanya pasti. Aku ga mungkin buang kesempatan ini. Ayana, Adan, kita, sama-sama dapet keuntungan."

Apa mungkin seperti inilah pemikiran seorang lelaki, memikirkan keuntungan dari logikanya tanpa melihat bagaimana hatinya yang berbicara. Itu yang ada dipikiran Ayaba sekarang. Padahal itu tidaklah benar-benar terjadi. Herman sudah memikirkan hal ini sejak ia mendapatkan tawarannya itu. Dan menurutnya ini hal yang bisa membawa anaknya untuk sukses. Itu yang dipikirkan Herman sebagai seorang ayah.

"Kamu tau tentang ini Ayana?!" Suaranya tegas. Bisa dipastikan Ibunya ini merasa kecewa padanya.

"Iya. Dua hari yang lalu om Adan bilang sama Ayana."

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang