"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Ja, bisa tolong ambilin air!"
Setelah kejadian dimana Raina dibawa oleh seorang lelaki dan berhasil dihentikan oleh Ayana, kini kondisi Raina terlihat memprihatinkan. Pasti Raina masih merasa ketakutan akan apa yang sudah terjadi. Ayana sendiri merasa dirinya sangatlah bodoh. Seharusnya dirinya menghentikan itu sebelum Raina ditarik jauh. Tidak perlu peduli acaranya akan hancur atau Raina akan membencinya. Seharusnya Ayana melakukan itu. Pikir Ayana menyesali keputusannya yang salah menurutnya.
"Ayana, makasih. Lo lagi-lagi nyelametin gue." Katanya di sela-sela isakannya. Dan Ayana menangguk sambil tersenyum tenang, berharap Raina juga akan kembali tenang.
"Lo ga diapa-apain, kan?" Tanya Ayana pelan-pelan, takut menyinggung Raina.
"Berkat lo."
"Na." Raja datang dengan sebotol air mineral. "Makasih, Ja."
"Lo minum dulu." Ayana mengasongkan botol yang telah ia buka pada Raina.
"Lo mau pulang?" Tanya Ayana. Ayana sendiri tahu, Raina tidak akan bisa baik-baik saja jika melanjutkan acaranya.
"Tapi ulang tahun gue... "
"Biar gue yang urus sama Papah. Lo pulang terus istirahat. Gue ga ikut pulang gapapa, kan?" Ayana harus membicarakan hal ini dengan Adan. Sebenarnya, Ayana pun ingin ikut pulang bersana Raina untuk menemaninya. Tapi sepertinya itu tidak bisa, dan lagi-lagi Ayana memilih jalan yang sepertinya akan membuatnya kembali menyesal. Mungkin.
Ayana ingin menenangkan dieinya sendiri terlebih dahulu. Entah kenapa emosinya kini menjadi tidak stabil.
"Makasih ya, Na." Ucapnya tulus.
"Emm... Pulang sama Raja gapapa, kan?" Raina mengangguk. Tapi tentunya tidak akan Ayana biarkan mereka pergi berdua. Ayana akan menyuruh seseorang untuk terus mengikuti mereka hingga sampai di rumah.
Sebenarnya Ayana tak tega meninggalkan Raina sendirian. Raina pasti sekarang butuh seseorang untuk bersandar. Tapi semoga Raja bisa melakukan hal yang seharusnya dilakukan, kan?
.
.
.
"Loh, Raina mana Na?" Adan yang sedang mengobrol dengan seorang pria yang entah siapa itu langsung menanyakan keberadaan Raina, karena ia melihat Ayana berada di depannya tidak bersama Raina.
"Raina pulang duluan. Papah masih bisa lanjutin acaranya, kan? Nanti kita bicara di rumah." Setelah mengatakan itu, Ayana pergi entah kemana.
Sekarang Ayana sudah terbiasa memanggil Adan sama dengan panggilan yang Raina gunakan. Itu permintaan mereka. Mereka juga bersikap layaknya orang tua bagi Ayana.