"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Awas aja, aku aduin sama Bunda!"
Ayana, Angkasa, Raina, Fridzy, dan Bulan sekarang sedang berkumpul di unit milik Ayana. Ayana dan Angkasa sepertinya sudah siap diintrogasi oleh ketiga perempuan di hadapannya. Ketiga perempuan itu menatap dua manusia berbeda jenis kelamin itu dengan kesal. Apalagi Bulan, adik dari Angkasa itu menatap kakaknya dengan tajam. Ayana pastikan Angkasa akan mendapat suatu masalah.
"Entah ini berita bagus atau buruk, mereka pacaran." Fridzy yang sudah lelah melihat dua perempuan di sampingnya menatap tajam Ayana dan Angkasa langsung mengatakan apa yang terjadi. Ia yakin setelah ini mereka tahu harus mengatakan atau melakukan apa.
"Beneran?" / "Lo serius?" Pekikan itu keluar dengan bersamaan. Dan mereka berpelukan dengan bahagia mendengar berita itu.
"Lo berdua seneng?" Tanya Fridzy tak suka dengan reaksi yang diberikan Raina dan Bulan.
"Kenapa ngga? Udah dari dulu, mereka deket tapi ngga jadian-jadian. Akhirnya usaha gue dulu ngga percuma. Iya kan, Sa" Raina menatap Angakasa dengan sombong, seolah mereka bersatu karena usahanya. Meski untuk pertemuan awal mereka memang terjadi karena Raina.
"Gue kesel karna lo udah coba-coba ngebahayaim dua adek gue. Tapi apa daya, Ayana ga akan suka kalo gue ngga restuin lo berdua." Entah apa maksud Fridzy, Ayana tidak terlalu menghiraukan itu. Lagi pun Ayana tidak butuh komentarnya untuk hubungannya dan Angkasa.
Gue ga butuh restu lo. Ingin ia katakan itu pada Fridzy. Tapi melihat di sana ada Bulan, Ayana berusaha menjaga otaknya agar tidak mencemari hal-hal buruk darinya. Bulan masih terlalu kecil untuk mendengar segala hal buruk di dunia ini.
"Jadi kapan kakak sama kak Aya nikah?"
Semuanya menatap si pembuat suara itu. Bulan hanya menatap orang-orang di sekitarnya dengan polos. Dengan gampang dia menanyakan itu? Lihat sendiri, kan?
"Harus secepatnya ga sih?" Sebelumnya Raina ikut menatap Bulan terkejut, tapi ternyata itu hanya berlaku dalam beberapa saat. Sesaat kemudian Raina langsung merubah rautnya dengan menggoda Ayana.
"Emang kak Aya beneran mau nikah sama kakak?" Tanya Bulan lagi.
"Lah anjir..."
"Rai!" Akhirnya Raina mendapat teguran dari Ayana.
"Kita belum ngobrolin sampe ke sana." Lanjutnya, menjawab pertanyaan Bulan.
"Yang pasti, itu bakal terjadi." Timpal Angkasa hingga semua perempuan di ruangan itu menatap Angkasa malas.