CHAPTER XII ║ Alasan

704 14 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Menjelang malam, seorang gadis tengah bersandar di punggung kasur sambil melihat ponselnya yang sejak tadi terus bergetar menandakan bahwa dirinya mendapat beberapa pesan. Ia baru saja kembali ke kamarnya setelah mengecek adiknya, apakah Anaya sudah belajar atau tidak. Melihat siapa yang mengirim pesan, membuat Ayana mendelikan mata dengan bibir berkedut menahan senyumnya. Ia merasa hatinya membuncah senang.

Senang? Kenapa dirinya harus senang? Aneh.

Akhir-akhir ini sepertinya Ayana merasa kelelahan dan sepertinya itu menjadikan fungsi otak Ayana sedikit tidak normal. Entah kenapa Ayana menjadi aneh setelah bertemu dengan Angkasa.

Apalagi hari ini.

"Ish, ngapain si tu orang dateng ke sini?!" Ayana menggerutu sambil berjalan keluar dari kamarnya, dan tentu ia juga harus keluar dari rumahnya juga untuk menemui orang yang akhir-akhir ini membuatnya tak tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ish, ngapain si tu orang dateng ke sini?!" Ayana menggerutu sambil berjalan keluar dari kamarnya, dan tentu ia juga harus keluar dari rumahnya juga untuk menemui orang yang akhir-akhir ini membuatnya tak tenang.

Belum ia membuka pintu rumahnya, dari celah jendela Ayana bisa melihat kehadiran seorang lelaki yang berdiri sambil bersandar di samping motornya. Lelaki itu terus memandangi jendela kamarnya yang menghadap ke arah jalanan.

"Ngapain si lo kesini?!" Ayana sedikit geram pada lelaki di depannya yang sedang tersenyum konyol ke arahnya. Ucapan lelaki itu di pesannya tadi benar, dia gila.

Dengan enteng, dia mengangkat sebuah kresek entah berisikan apa. Sebenarnya bukan kenapa Ayana merasa geram pada Angkasa, ia hanya tak enak pada tetangga dan warga yang lewat karena menemuinya malam-malam begini.

"Ambil! Tangan gue pegel." Ayana akhirnya menerimanya kantung kresek itu. Ia membukanya sedikit dan bertanya, "Ini?"

"Alesan biar gue bisa ke sini." Mendengar itu, sontak Ayana mendelikan matanya, menelisik niat aslinya. Ap boleh dia berkata sejujur ini? Apakah itu tidak bahaya? Dasar.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang