"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Heh! Awas lo berdua macem-macem!" Katanya pada dua lelaki berbeda umur itu.
Beberapa menit Raina tak kunjung datang lagi, Nazero membaringkan Ayana agar bisa beristirahat dengan lebih nyaman. Sebelumnya Ayana tertidur dengan posisi duduk.
Melihat banyak orang yang peduli pada Ayana, membuat Austin sedikit lega. Ia pikir, saat Ayana membiarkan tubuhnya dibasahi oleh hujan, Ayana sedang merasa tidak baik. Tapi sekarang, banyak yang menemaninya. Tanpa tahu, sekarang Ayana juga sedang tidak baik juga.
"Asa... " Terdengar pelan. Sangat pelan. Kedua lelaki itu saling menatap, lalu menatap Ayana kembali dengan tatapan yang sedikit... Erghhh.
Mereka berdua tahu, itu suara Ayana. Dan mereka tahu apa maksud gumamannnya itu. Nazero sedikit marah dan kesal karena Ayana kembali mengingat lelaki itu. Ia tahu semuanya. Ia sudah mencari informasi tentang Ayana sejak awal. Berbeda dengan Austin, ia merasa bersalah karena menyebut namanya saat mereka ada di pesta tadi. Mungkin itu yang membuatnya teringat kembali pada lelaki itu. Pikir Austin.
"Lo berdua apain dia?!" Tanya Raina yang baru saja kembali dan melihat Ayana mengeluarkan air mata sambil tertidur. Sedangkan Raja hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya itu seperti tidak takut dengan dua lelaki didepannya itu.
"Saya titip Ayana." Nazero langsung pergi setelah mengucapkan itu, tanpa berniat menjawab atau mendapat jawaban dari Raina.
"Saya juga permisi. Tolong jaga Ayana." Austin ikut-ikut pergi bersama Nazero. Itu membuat Raina kesal.
Memangnya Ayana barang bisa dititip-titip segala. Gue juga pasti jagain Ayana tanpa lo suruh disuruh. Batinnya.
"Dasar buaya! Sok-sok-an nitip, jigiin." Ejeknya melihat kedua orang itu pergi.
.
.
.
Hari-hari berikutnya, Ayana menjalaninya seperti biasanya. Sekolah, pulang, berolahraga, belajar, dan tidur. Nazero? Dia kembali disibukan dengan pekerjaannya. Tapi terkadang dia juga menemui Ayana atau mengantar jemput Ayana untuk pergi bersekolah. Tak ada yang spesial. Sejak hari itu, Ayana juga tidak bertemu lagi dengan Austin. Entah kemana lelaki itu menghilang. Ayana tak peduli.
Beberapa bulan terlewat, Ayana kembali disibukan dengan ujian-ujian. Bisa dihitung jari, hari kelulusan sebentar lagi akan diadakan.
Ayana sedang berkumpul dengan keluarga Ayahnya. Keluarga Adan dan keluarga Adrela juga ikut berkumpul di sana. Hanya acara makan malam bersama. Tapi Opa nya itu mengajak semua keluarga besarnya datang. Bahkan bukan hanya keluarganya saja, tapi anak-anak dari saudaranya Opa juga ikut hadir.