"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Ayana. Ayo lakuin game sebelumnya."
Bertanding? Ayana yakin itu game sebelumnya, bukan? Game yang di lakukan Gavin dan Raffi. Karin ingin melakukan itu? Semua orang tahu, Karin ini sempat menjadi atlet silat profesional dalam waktu yang cukup lama.
"Menurut gue, lo batalin aja deh, Kar!" Kata Rivan tiba-tiba bangun dari duduknya. Ia panik sendiri mendengar ajakan Karin.
"Lo tenang aja, Van. Kalo dia pernah Taekwondo, gue juga pernah silat, kok." Ucapnya dengan percaya diri.
"Kalo gitu, kita mainnya di dalem aja. Di dalem ada matras, biar ga terlalu sakit juga kakinya. Entar kakinya kasar, nanti dumel-dumel." Rivan sedikit membujuknya. Karena dia menyetujuinya, Ayana juga setuju. Itu membuat Rivan sedikit lega.
Di dalam satu ruangan, Ayana dan Karin berdiri di tengah-tengah ruangan dengan teman-temannya menonton di sisi ruangan. Rivan berniat menjadi wasit untuk permainan kali ini. Sekarang keduanya sedang membicarakan aturannya.
"Gue ga mau pake aturan Taekwondo kaya tadi. Terserah lo mau gimana. Yang penting, dia yang nyerah, dia yang kalah." Kata Karin dengan sombong, berpikir dirinya akan menang.
Tapi apa harus dia bersikap sombong? Dia mantan atlet Nasional saat SMP. Untuk melawan Ayana harusnya bisa menang bukan? Itu hal yang mudah baginya.
Karena apa? Karena mereka tidak tahu bagaimana cara Ayana dalam bela diri. Yang mereka tahu, Ayana tidak pernah mendapat prestasi dalam olahraga taekwondo selama Ayana mengikuti ekstrakulikuler itu.
"Yang kalah harus kabulin satu permintaan yang menang." Kata Ayana menambahkan kesepakatannya. Itu mambuat Rivan dan Raffi merasa dejavu. Mereka saling menatap lalu berganti melihat dua pemain di depannya.
"Deal." Karin mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tapi saat Ayana hendak menerimanya, Karin kembali menariknya. Di saat Karin memancing emosi Ayana, Ayana terlebih dahulu memancing Karin ke dalam permainannya sejak awal.
Ayana berbalik untuk memakan handwrap nya diikuti oleh Karin. Lalu tanpa aba-aba Karin langsung menyerang Ayana yang belum selesai memasang handwrap nya.
Merasa tak leluasa, Ayana membuka kembali handwrap nya dan melemparkannya sembarang arah. Ia hindari dahulu serangan Karin. Ayana tak menyangka, satu temannya ini memiliki tubuh yang energik.
Karin benar-benar mengeluarkan seluruh tenaganya. Ia tidak main-main. Padahal Gavin dan Raffi saja tadi masih terlihat menahan tenaganya saat menyerang karena mereka memang melakukannya untuk bermain-main. Tapi Karin benar-benar memberikan serangan serius pada Ayana.