"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Setelah pembicaraan Ayana dan Raina waktu itu, berselang sekitar satu bulan, Yura terlihat mulai menghibungi Ayana. Tanpa diduga, dia sendiri yang menghubunginya. Dia mengajak Ayana bertemu di salah satu cafe, di dekat sekokahnya saat pulang sekolah. Meski mereka berdua satu sekolah, Ayana sangatlah jarang bertemu dengan Yura karena memang dirinya selalu mengurung diri di dalam kelas. Bahkan tak jarang, Jean mendatanginya membuat Ayana kesal karena dia selalu menggangu ketenangannya.
"Ayana, maaf."
Apa ini? Ayana tidak menyangka perempuan ini akan akan berucap seperti ini. Apa ini hanya tiou muslihat atau memang tulus, Ayana belum mengetahuinya sampai sana. Tapi Ayana bisa melihatnya dengan bagaimana percakapan mereka berlangsung.
"Untuk?"
"Lo pasti tau dari Raina, kan?"
"Gue tau. Kenapa lo ga jelasin aja alesan lo minta maaf sama gue? Untuk kesalahan apa yang lo perbuat sampe harus minta maaf sama gue." Masih belum ada sesuatu yang terjadi. Keduanya sama-sama masih belum ada yang beremosi.
"Maaf. Gue udah berusaha ngancurin hubungan lo sama Angkasa. Gue juga ngelakuin hal sama, sama Raina. Terus gue juga udah nuduh lo yang nggak-nggak. Sumpah gue iri sama lo yang hidupnya selalu damai dan sesuai keinginan lo. Gue kemakan rasa iri." Ucapannya ini, sama seperti suara yang ada di dalam rekaman ponsel Raina.
"Lo beneran nyesel?"
"Iya, gue nyesel. Maaf."
"Lo iri sama hidup gue yang damai dan sesuai keinginan gue?"
"Iya."
"Gue maafin lo." Putus Ayana setelah menarik bibirnya hingga mengukir senyuman. Senyuman andalannya. Kini Ayana tahu kemana pembicaraan mereka akan berlanjut.
"Jadi, kita temenan lagi?" Tanyanya anatusias. Tapi lihatlah kembali matanya.
"Gue ngga bilang. Gue yakin lo ngerti kalo gue cuman bisa maafin lo." Selang sekian detik, raut wajah Yura berubah. Lagi pun, itu benar. Tidak semua hal bisa kembali seperti semula.
Gelas kaca yang pecah memang bisa di ganti dengan gelas kaca yang baru. Tapi gelas yang sudah pecah tidak bisa kembali di satukan, kan?
"Hahhh... Percuma gue minta maaf sama lo." Dia menyugar rambutnya kebelakang dengan menunjukan wajah sombong. Inilah tabiat Yura yang Ayana ketahui.
"Gue tau maksud lo, Yura. Lo udah ngga sama Rio lagi. Lo juga baru tau kalo Angkasa udah ga sama gue. Dan lo baru tau kan, kalo gue tinggal sama Raina. Itu alesan lo nemuin gue hari ini." Ucap Ayana. Rautnya berubah menjadi lebih dingin tanpa ekspresi. Tidak seperti sebelumnya yang memberikan senyuman pada Yura.