CHAPTER XLIV ║ Luka

296 7 1
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Opa, ini langsung kaya gini?"

Pertanyaan itu membuat keempat orang di sana menahan tawanya. Sepertinya Raina tidak siap dengan ini semua. Apalagi Raina melihat, Ayana memakai rok. Tidak mungkin mereka bertanding dengan pakaian seperti itu bukan? Pikirnya.

"Kedepannya ga akan ada persiapan buat ganti baju kalo ada sesuatu tiba-tiba terjadi." Balas Ayana memberi Raina pengertian kenapa mereka seperti sekarang ini.

Ayana diam menunggu Raina memulai. Terlihat keraguan di matanya. Ayana yakin, Raina akan memakai tangan kosong. Padahal Alan sudah menyiapkan beberapa senjata di sana untuk menguji Raina.

Akhir-akhir ini, Raina lebih sering dan giat belajar bela diri. Ayana yakin kemamapuannya sekarang akan jauh lebih baik dibanding saat Raina masih bermain-main.

Melihat Raina hanya diam, Ayana berjalan mengambil pisau lipat yang tersedia di sana. Raina terkejut dengan Ayana sekarang. Pikirannya bercabang setelah melihat Ayana mengambil senjatanya itu. Ia tidak menyangka Ayana akan menggunakan senjata seperti itu.

Raina sedikit tersulut emosi karena pikirannya tentang Ayana yang mengambil senjata. Ia langsung menyerang Ayana tanpa berpikir. Beberapa waktu, Ayana hanya menghindar tanpa menyerang.

Tapi tanpa Ayana kira, Raina mengambil sebuah belati di sana. Kebetulan posisi mereka berada di dekat meja berisi senjata-senjata. Cukup pandai dia gunakan belati itu, tapi itu masih kentara jika dia belum bisa mengontolnya penuh. Mungkin saat ini Raina juga tengah merasa bimbang jika senjata yang di pegangnya melukai Ayana.

Melihat gerakan Raina acak tak terkendali, Ayana mulai menyerang Raina. Ia menghalau beberapa seragam yang Raina berikan, lalu ia kunci tangannya kebelakang.

TAK! Suara belati terjatuh dari genggaman Raina.

Ayana melepaskan kunciannya karena sudah lebih dari sepuluh menit mereka bergelut. Ayana lengah.

Raina mengambil pisau lain, ia hunuskan ke arah Ayana. Untuk Ayana bisa menangkisnya. Tapi tetap, pisau itu menggores lengan Ayana bagian atas. Pisau itu lepas dan terlempar dari genggaman Raina.

Darah mengalir dari lengan Ayana sebelah kiri. Darah itu mengalir sampai menetes. Raina menutup mulutnya tak menyangka melakukan hal itu pada Ayana. Dirinya terbawa emosi, sampai membuat Ayana terluka.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang