CHAPTER LVII ║ Austin

315 7 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Ayana membalikan tubuhnya dan berhadapan dengan Angkasa yang tidak mau memindahkan tubuhnya. Ayana melihat wajahnya sedikit memerah. Lengan dan lehernya yang tadi menempel di kulit Ayana juga terasa sedikit hangat. Ia menempelkan punggung tangannya di dahi lelaki itu untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Demam." Gumamnya.

"Kamu belum makan?" Angkasa hanya menggeleng membuat Ayana menghela nafas.

"Mau makan apa?" Ayana membuka ponselnya mencari makanan yang akan mereka beli. Ayana mendudukan dirinya diikuti Angkasa yang ikut duduk di hadapannya.

"Aku gatau." Angkasa menelusupkan wajahnya di lipatan tangannya dengan satu tangannya menggenggam tangan Ayana.

"Pusing?" Melihat kepala lelaki itu mengangguk tiba-tiba Ayana ingin mengusap rambut lelaki itu. Dan tangannya terulur mengikuti keinginan hatinya. Entah dari mana keberaniannya itu datang, Ayana berani melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan.

Tiba-tiba suara bel di tekan berbunyi. Ayana pikir itu Raina atau Fridzy. Karena hanya mereka berdua yang tahu unit ini diisi.

"Angkasa aku buka pintu dulu." Sepertinya Angkasa melepaskan tangan Ayana dengan terpaksa setelah dilihat dari raut mukanya.

"Ngapain ke sini?" Seorang lelaki berdiri dihadapan pintu dengan sekantung makanan ditangannya yang ia angkat.

"Masuk aja." Entah itu benar atau salah, kali ini Ayana tak peduli.

"Aya-" Suara Angkasa terhenti saat melihat Ayana masuk dengan seorang lelaki yang ia kenali. Cepat-cepat ia ubah raut wajahnya. Yang awalnya terlihat manja sekarang terlihat lebih dingin. Meski Ayana melihatnya masih Angkasa yang manja.

"Dia Nazero. Kamu pasti tau, kan?"

"Ngga." Jawabnya bohong. Ia kesal dengan perempuan itu. Sangat tidak peka. Pikirnya.

"Kamu kesal karena saya datang?" Tanya Nazero setelah melihat sikap Angkasa. Kekanak-kanakan, kataya dalam batin melihat lelaki yang sudah bersama Ayana sejak tadi.

"Kopi?" Tanya Ayana pada Nazero menawarkan minuman. Nazero mengangguk.

Ayana mendudukan dirinya setelah membuatkan kopi untuk Nazero. Mereka bertiga duduk di ruang tengah di atas sofa.

"Kenapa kalian bisa di sini? Apa sekarang pak tua itu sudah berbaik hati membiarkanmu berduaan bersama lelaki seperti dia?" Pertanyaan itu cukup membuat Ayana menoleh dengan tatapan tajam dan tak suka.

"Lebih baik kamu diam, Nazero."

"Jadi kenapa kalian bisa di sini, dan... Penampilan dia..." Sungguh wajah Nazero sekarang sangat menjengkelkan. Wajahnya itu terkesan meledek. Tapi tetap Ayana ceritakan semua kejadian tentang Angkasa dan Austin.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang