CHAPTER XXVII ║ Pergi lagi

395 8 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Ayana dan Adan kembali ke rumah di tengah malam. Sepertinya semua orang sudah tertidur. Rumah ini terlihat sepi. Ayana pun masuk ke dalam kamarnya. Ia mencuci kedua tangannya yang penuh dengan luka dan darah.

Ia cukup bingung. Apa dirinya gila, saat melakukan semua ini. Ayana tidak melakukan pembunuhan, tenang saja. Hanya memberikan beberapa pukulan dan menjadikannya samsak tinju. Setelah itu, Ayana menyerahkan semuanya pada Adan.

Luka di buku-buku jarinya terlihat menakutkan jika dilihat orang lain. Ayana mencucinya dengan tenang. Sakit? Sebetulnya, perih lebih terasa oleh Ayana. Sedikit perih terasa oleh Ayana, tapi masih bisa Ayana abaikan. Malah, terkadang Ayana menyukai dan menikmati rasa sakit yang ia rasakan. Seperti sekarang.

Air yang mengalir berubah menjadi merah karena darah dari tangan Ayana mengalir membersihkan darah dan lukanya. Karena tubuhnya penuh dengan keringat, Ayana kembali membersihkan tubuhnya. Entah berapa kali dirinya mandi hari ini.

Setelah itu, ia menutup luka-lukanya dengan perban. Ia obati menggunakan obat yang berada dalam kotak P3K yang ia bawa sebelumnya.

Sekarang kedua tangannya terlihat cantik dengan kain perban yang menghiasinya. Cantik? Sangat. Lihat jari lentiknya yang di balut oleh kain tersebut.

Ayana membaringkan tubuhnya di atas sofa yang sedang ia duduki. Dan memilih tertidur di sana hingga pagi.

Keesokannya, Ayana kembali bersekolah dengan diantar Pak Roni, supir di rumah Raina. Kedua tangannya masih bisa digunakan untuk menulis atau melakukan hal lain. Jadi tak perlu khawatir tentang itu.

Padahal Raina dan Rosa sudah menyuruhnya untuk beristirahat di rumah. Tapi Ayana keukeuh ingin bersekolah. Keduanya juga sempat menanyai Ayana tentang luka ditangannya itu. Tapi tidak Ayana jawab. Bahkan Adan juga sama, tak menjawabnya. Mereka sama-sama membungkam mulutnya.

Selesainya Ayana bersekolah, ia berjalan ke arah gerbang untuk pulang. Tapi hal yang biasa terjadi, terjadi kembali di saat Ayana menghindari hal ini.

"Ayana."

"Lepas Angkasa." Angkasa menunggunya lagi. Cekalannya untuk menahan Ayana di lengannya terlepas karna sentakan yang Ayana lakukan.

"Kenapa?" Tanyanya heran.

"Ngga ada. Jangan dulu temuin aku. Jadi kamu pulang aja." Ayana kembali berjalan meninggalkan Angkasa.

"Ayana." Tangan yang Ayana sembunyikan sejak tadi di dalam saku jaketnya, kini tertarik keluar dan terlihat oleh Angkasa.

"Tangan kamu kenapa?" Angkasa menarik keluar tangan Ayana yang lain dari jaketnya. Dan terlihatlah wajahnya yang terkejut karena melihat kondisi tangan Ayana yang dibaluti oleh perban.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang