"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Hari ini kan kita pulang ya. Makasih buat temen-temen yang ikut kumpul di sini, ngumpul bareng kita tiga hari ini. Makasih juga buat Ayana yang udah ngasih banyak hal buat kita hari ini. Gue pribadi minta maaf buat semua hal yang bikin lo ga enak kaya kemarin. Gue ngerti, kenapa lo ngasih usul kita mainin game yang lo sebut itu. Kita jadi bisa tau gimana karakter masing-masing temen kita. Maaf karna gue sendiri masih belum bisa ngasih yang terbaik sebagai ketua kelas sebelumnya. Dan terimakasih buat semuanya." Kata Fani. Lalu ia menyenggol lengan Rivan.
"Soal maaf dan makasih gue sama kaya Fani. Fani bener, kita masih belum ngerti sama temen-temen kita sendiri. Gue cuman mau, hubungan kita ngga terputus cuma karna hal kecil atau hal gede. Terutama buat yang kemaren tonjok-tonjokan, semoga kalian bisa saling memaafkan, yaaa. Semoga pertemuan selanjutnya kita bisa ngumpul bareng-bareng gini, semuanya lengkap ada."
Semuanya menatap lelaki yang datang menghampiri mereka dengan langkah tegas dan suara beratnya. Ayana lagi-lagi dibuat gila oleh seorang lelaki. Bukan apa, ia gila karena tingkah mereka para lelaki terlalu bermacam-macam. Contohnya sekarang, lelaki itu datang dengan seenaknya dan masuk tanpa ijin.
"Mana handphone kamu? Perlu saya beliin handphone yang lebih berguna?"
Ayana beranjak dari duduknya, ia meninggalkan mereka semua ke dalam kamarnya untuk membereskan barang-barangnya. Tak menghiraukan keberadaan temannya yang melihat Ayana diikuti oleh lelaki itu.
"Itu si Ayana ga bakal di apa-apain, kan? Mereka masuk ke dalem kamar loh! HEHHH!" Kata Nadhira heboh. Ia sampai menepuk-nepuk punggung Fani yang didik di sampingnya.
.
.
.
"Ngapain ke sini si?!" Ayana kesal dengan lelaki yang selalu bersikap seenaknya. Kenapa dia harus ada di sini sekarang? Kenapa lelaki inj sangat tidak ingin memahami dirinya? Apa yang harus ia katakan nanti pada teman-temannya? Ayana memikirkan segala hal atas tindakan lelaki ini.
"Saya khawatir. Kamu belum menjawab telpon atau pesan saya. Saya kira kamu kenapa-kenapa."
Dua orang berbeda jenis kelamin dan umur sedang berdiri saling berhadapan. Si perempuan menatap marah, dan laki-lakinya mentapnya penuh kekhawatiran.
"Semalem kak Naze bahkan ngeretas cctv di sini. Kenapa ngga lakuin itu lagi aja?" Tanya Ayana menantang.
"Pak tua kesayangan kamu itu yang membuat saya tidak bisa melakukan itu."