"Maaf siapa?"
"Angkasa."
.
.
.
Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Akhirnya beres!" Pekik Fani setelah melihat Ayana menyelesaikan masakannya.
"Na... Gimana lagi?" Tanya Salwa yang duduk di atas kursi pantry sambil menatap Ayana meminta tolong.
"Ya ampun belum?" Tanyanya heran.
"Biar gue aja. Gue tau kok, Na." Kata Fani. Alhasil Ayana kembali menghela nafas bersyukur.
"Na, ayo duduk aja. Silahkan tuan putri." Nadhira berlagak mengantar Ayana bak tuan putri ke arah sofa untuk duduk. Dirinya juga ikut mendudukan tubuhnya di sebelah Rivan yang diam menonton film.
"Gimana, Na? Cape ga ngurusin mereka?"
"Pusing karna kalian yang banyak nanya sih."
"Akhirnya lo ngerasain jadi gue." Kata Rivan seolah dirinyalah yang selalu menjaga ketenangan di kelas dan diantara teman-temannya.
Padahal tidak.
"HEHH! HARUSNYA GUE YANG NGOMONG GITU!" Teriak Fani dari arah dapur.
Ayana merebahkan tubuhnya di atas sofa sana. Tanpa sadar, ia tertidur karena kelelahan. Sudah lama ia tidak kelelahan dengan senang seperti ini. Rasanya sangat nyaman saat memejamkan mata.
.
.
.
"Na. Makan dulu ayo!"
Ayana bangun dari tidurnya. Ia lihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ayana melihat di depannya dan di sekelilingnya sudah ada teman-temannya berkumpul.
"Minimal-minimalnya bilang makasih sama yang udah masak, kasian sampe ketiduran tuh." Kata Rivan melihat Ayana bangun.
"Ehh, Na. Makasih udah dimasakin. Buat semuanya juga yang udah rela bangun pagi-pagi buat masak juga makasih." Kata Karin kesenangan karena dirinya kini tinggl memakan makanannya.
"Kasian ih, dari kemaren Ayana terus yang ikut masak."
"Gapapa. Langsung makan aja dong, ya." Pinta Ayana. Ia merasa lambungnya terasa sakit karena belum diisi selepas berolahraga tadi subuh. Apalagi semalaman ia menghabiskan tenaganya untuk bertarung dan memasak.
Semuanya memulai sarapan. Karena rasa sakit di lambungnya, Ayana merasa mood-nya rusak. Hanya ia yang makan dengan tenang di saat semua orang makan dengan berbagai obrolan.
Hingga malamnya, mereka semua tidak ingin makan malam yang biasa. Mereka ingin makan barbeque di belakang rumah, mereka pun berkumpul. Beberapa orang mengurus makanan, sisanya hanya diam, mengobrol, dan bermain-main.