CHAPTER XXIII ║ Terima kasih

428 9 0
                                        

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Setelah percakapan Ayana dan Angkasa selesai, mereka berdua kembali bergabung bersama Raina dan Raja kembali. Terlihat jika Raina dan Raja sedang membantu mbok Asti memasak. Ternyata sudah banyak waktu yang mereka lewati hari ini. Tak terasa hari sudah siang.

"Maaf ya, aku ngga bantu-bantu mbok." Ucap Ayana tak enak hati.

"Ya nggak apa-apa, udah ada Den Raja sama Non Raina yang nemenin mbok."

"Lo berdua cuman nemenin? Ngga bantuin?" Tanya Ayana.

"Bantu kok. Bantu cuci-cuci sayur sama bahan yang lain. Lo berdua ngapain coba?! Ngerumpi aja berdua, lo berdua ngga macem-macem kan?! Awas lo Ayana, gue aduin om Herman. Dan lo Angkasa! Gue aduin sama mama lo!" Kata Raina menunjuk Ayana dengan Angkasa menggunakan garpu, lalu ia makan daging yang berada pada garpu itu dengan dramatis.

"Kayanya gue yang lebih was-was sama lo berdua, secara kan kalian pacaran." Balas Ayana tak mau kalah.

Sifat perempuan.

"Ngga lah, ada mbok Asti saksinya." Raina.

"Apanya yang saksi, mbok dateng aja kalian berdua malah kaget kaya orang kepergok warga."

"Tuh, mbok aja ngomong gitu."

"Mbok kita tadi itu ga sengaja mecahin gelas, aku ga enak sama mbok sama Raja. Makanya kaget waktu mbok dateng." Ucap Rana membela dirinya sendiri.

"Alesan aja." Timpal mbok Asti.

"Tuh." Setelah itu, Ayana menjulurkan lidahnya mengejek Raina yang kalah dan tidak mendapat belaan dari mbok Asti.

"Udah, makan. Ga baik berantem di depan makanan." Ucap mbok Asti, melerai perdebatan dua gadis itu.

Raina tidak menyangka percakapan Ayana dengan Angkasa akan selama ini. Sebelumnya Raina sudah sempat naik ke balkon untuk memanggil mereka berdua agar segera makan siang, tapi suasana di sana sangat tidak memungkinkan untuk ia ganggu. Keduanya tengah berdebat menebut nyebut nama Raina.

Mereka sepertinya berdebat dengan hebat.

Saat Ayana turun tadi bersama Angkasa pun, bisa Raina lihat matanya yang berbeda. Terlihat sedikit sembab dan lelah. Sepertinya setelah perdebatan itu terjadi, Ayana langsung meluapkan emosinya dengan menangis.

.

.

.

"Kayanya kita ga bakal bisa gini lagi deh. Atau ngga sulit buat bikin kenangan kaya gini lagi." Ucap Raina tiba-tiba.

Keempat remaja itu sekarang sudah berada di lain tempat. Mereka berada di pantai dengan waktu menjelang sore hari.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang