CHAPTER VIII ║ Penolakan

1K 15 5
                                        

Happy reading ♡
• • •

Happy reading ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Ayana, tunggu bentar!" Angkasa menahan lengan Ayana yang sudah berdiri hendak meninggalkannya.

"Angkasa lepasin tangan gue! Gue ga mau marah-marah kaya tadi." Kata Ayana mencoba menahan emosinya agar tidak meledak seperti tadi. Dirinya merasa lelah dengan semuanya yang terjadi. Takut semuanya akan kacau hanya karena emosi tak jelas yang keluar dari dalam dirinya.

"Kita ngobrol dulu."

"Kita pergi dari sini!" Ayana langsung menarik tangan Angkasa pergi dari tempat itu. Tak peduli dengan dua temannya, karena Ayana tak sebodoh itu untuk tidak melihat situasi seperti tadi saat kedua temannya memilih pergi.

Ayana paham akan niat Angkasa yang ingin bicara dengannya. Ayana juga sepertinya tidak bisa jika terus meledakan emosinya pada seorang lelaki yang tidak tahu apa-apa. Bodoh, kata Ayana dalam batinnya.

Keduanya kini berada di taman yang tak jauh dari cafe sebelumnya. Ayana memilih duduk di sebuah kursi yang ada di taman itu, dan tentu itu diikuti oleh Angkasa.

"Apa yang mau lo obrolin?!" Tanya Ayana yang tak mau basa basi. Ia ingin cepat-cepat pergi dan pulang ke rumahnya untuk menenangkan dirinya.

"Ayo jadi pacar gue!" Empat kata yang keluar dari mulut Angkasa cukup mengejutkan Ayana.

Ayana pikir, lelaki ini cukup gila. Di situasi seperti ini? Apa ini yang perlu lelaki itu bicarakan? Ayana tidak paham dengan jalan pikirannya. "Kenapa? Kenapa lo ngajak gue pacaran?" Tanya Ayana dengan heran setengah mati. Bahkan alis dan matanya juga ikut menyorot rasa keheranannya.

"Lo tau sendiri apa alesannya. Gue suka sama lo. Gue jug-"

"Gue nolak." Untuk yang ke tiga kalinya. Ayana tahu kemana arah pembicaraan Angkasa, langsung menolaknya tanpa memberinya waktu untuk berbicara. Lebih baik dirinya menjauh dari lelaki ini, bukan? Itu sepertinya lebih baik dan akan jauh lebih menenangkan bagi Ayana yang selalu tidak ingin diganggu.

"Oke, gue ngerti. Tapi gue ga akan nyerah." Katanya percaya diri. Ayana benar-benar tak mengerti dengan jalan pikirannya. Lelaki itu sudah ditolak tiga kali, tapi masih bersikap seperti ini. Apakah dia serius?

"Angkasa. Lo tau, apa yang bikin gue marah sama lo kali ini? Gue marah disaat lo pergi tanpa kabar selama dua minggu. Gue ga tau kenapa gue malah marah sama lo karna lo bersikap seenaknya kaya gini. Gue marah sama lo. Tapi gue tau, gue ga punya hak itu buat marah sama lo. Ini, ahhh... Gila... " Ayana tidak bisa berkata-kata lagi. Dirinya kehilangan kata-katanya. Ia bingung, apakah dirinya ingin mengungkapkan kekesalannya pada lelaki ini atau ingin malah mengungkapkan perasaannya? Bodoh.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang