Saat Savia kembali dari dapur sambil membawa segelas air, Darius masih asyik bertelepon dengan kekasihnya. Mengabaikan Savia yang berjalan mendekat ke arahnya, dan mengambil duduk di sampingnya.
"Ketemu besok, ya? Aku jemput. Aku lagi nggak bisa video call malam ini," ucap Darius seraya melirik Savia sekilas.
"Nggak sayang, aku lagi ada kerjaan ... iya ini aku lagi di luar."
Savia mengulurkan segelas air kepada Darius dan membiarkan pria itu meneguknya hingga tandas. Perlahan senyuman aneh itu kembali muncul, berbarengan dengan tangan Savia yang terulur untuk mengambil gelas yang sudah kosong.
I'm not sure tomorrow you can pick her up, Savia mendekati Darius dan memeluk tubuh pria itu. Ia tidak peduli meski Darius sedang meladeni telepon dari pacarnya. Malam ini Darius adalah miliknya.
Bibir Savia merambat ke dada bidang Darius, perlahan turun ke perut, dan berakhir di area selatan tubuhnya. Benda keras kesukaan Savia. Yang membuatnya rela melakukan hal licik demi memenangkan waktu Darius malam ini.
Efek obat itu akan muncul setelah lima menit, Savia tertawa dalam hati sambil memasukkan penis Darius ke dalam mulutnya. Mulai mengulum dan menjilati benda keras itu, mengabaikan Darius yang tengah mencengkram rambutnya. Seolah mengisyaratkan untuk Savia menjeda kegiatannya.
Tapi, Savia tidak peduli. Ia justru semakin bersemangat memainkan lidahnya di sana. Menjilat batang kemaluan itu sambil sesekali memainkan buah zakar yang menggantung di bawahnya.
Sementara Darius yang tengah menyimak ucapan kekasihnya dari sambungan telepon tidak dapat berbuat banyak selain menggigit bibirnya agar tidak kelepasan mendesah.
"Sa—sayang, aku mau masuk lagi. Acaranya belum selesai, sampai ketemu besok. Bye," Darius berbicara dengan nada cepat dalam satu tarikan napas sebelum mengakhiri panggilan itu dan membanting ponselnya ke atas sofa. "Fuck, kamu kasih apa minumanku, Savia? Kenapa badanku jadi panas gini?" Darius menunduk untuk menatap Savia yang masih sibuk mengerjai penisnya.
Savia melepas kulumannya, ia menuangkan liurnya ke batang penis itu kemudian mengocoknya dengan tempo sedang. Savia mendongak sambil tersenyum manis, persis seperti malaikat tanpa dosa.
Padahal ia adalah seorang iblis penggoda.
"Cuma ngasih sedikit obat perangsang aja kok," ucap Savia santai.
Darius melotot, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "For what, Savia? Aku nggak butuh obat perangsang. Cukup dengan kamu telanjang aja aku udah terangsang."
"Abisnya kamu asyik banget teleponan sama pacarmu. Jadi lupa kan mau ngentotin aku," nada Savia merajuk, namun Darius merasa kali ini Savia lucu sekali. Sangat menggemaskan.
"Kamu cemburu?" tanya Darius dengan nada mengejek.
***
Savia cemburu nggak, ya, haha ... well, kelanjutan cerita ini bisa dibaca di karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)