Tiga tahun kemudian ....
Mika tersenyum mematut dirinya di depan cermin. Pakaian formal berupa setelan blus dan rok sepan yang membalut tubuhnya itu menambah kesan elegan bagi penampilannya. Mika tidak pernah seharipun—sejak tiga tahun terakhir—tidak menunggu hari ini datang. Tepatnya setelah mereka akhirnya selesai membicarakan perihal seks yang terjadi kala pria itu mabuk dan mendatangi rumah Mika alih-alih rumahnya sendiri.
Mika ingat jelas, saat itu ia baru saja pulang kuliah. Dan ia masih mendapati Bara berada di rumahnya. Tapi kali ini dengan versi yang lebih rapi dan segar. Pria itu menunggunya di sofa ruang tamu, yang secara mengejutkan juga sudah bersih tanpa adanya pakaian kotor yang berserakan.
"Mika, sudah pulang?" Bara buru-buru berdiri dari posisi duduknya saat menyadari Mika yang baru saja memasuki rumah itu sedang berjalan ke arahnya. "Sudah makan?" tanyanya basa-basi seraya menyongsong kedatangan sang wanita.
Mika menggeleng. "Belum, Om."
"Mau makan dulu? Om udah pesenin makan siang buat kamu," ujarnya seraya menunjuk ke arah ruang makan.
"Om sendiri udah makan hari ini?" Mika balik bertanya.
Bara sejenak terdiam, ia tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang tidak terduga seperti itu. Rasanya agak aneh mendengar Mika yang memberikan perhatian lebih kepadanya alih-alih dirinya yang merupakan orang yang paling dewasa di antara mereka berdua—dan berkewajiban untuk melakukannya tentu saja.
"Belum," meski cukup kaget, Bara tetap menjawabnya. "Tapi santai aja, Om nggak pa-pa," lagipula, siapa orang waras yang masih bernapsu untuk makan setelah melakukan kesalahan sebesar itu semalam.
Mika tersenyum setengah mengejek. "Bahkan setelah diselingkuhi?"
Bara terdiam. Sekakmat.
"Dua kali lagi," lanjut Mika dengan tenangnya sebelum akhirnya melenggang santai ke arah meja makan. "Semalam Om juga bilang kalau Tante Diana itu cewek murahan, lho," belum puas, Mika menoleh sejenak ke arah Bara dan menunjukkan senyuman palsunya.
Bara yang sedang mengekor langkah Mika dari belakang tidak pernah merasa semalu ini sebelumnya. Bukan hanya meniduri Mika, ia juga sudah membongkar aibnya sendiri di hadapan wanita itu.
Great job, Bara. Lo udah malu-maluin diri lo sendiri, geram Bara kepada dirinya sendiri.
Keduanya akhirnya duduk berhadapan di meja makan dengan beberapa jenis makanan di atas meja. Dan yang paling mencolok adalah semua makanan tersebut adalah kesukaan Mika. Yah, tidak sulit mengetahui semuanya mengingat Bara memang dekat dengan Mika sejak setahun terakhir.
"Mika, Om benar-benar minta maaf dengan apa yang udah Om lakuin ke kamu tadi malam," Bara memulai kembali obrolan mereka dan langsung masuk ke inti pembicaraan.
Mika memilih diam. Ia ingin memberikan Bara lebih banyak waktu untuk menjelaskan.
Bara mendesah penuh sesal. "Om udah inget tentang semuanya. Dan Om nyesel udah ngelakuin hal sebejat itu ke kamu," Bara menunduk, setelah diam sejenak ia pun kembali mendongak. "Om udah putusin buat pindah dari sini. Tapi kalau misal kamu ternyata hamil, Om akan tanggung jawab. Kamu tau nomor hp bahkan kantor Om juga. Kamu bisa cari Om di sana kalau memang hal itu terjadi."
Mika tidak pernah menduga bahwa Bara akan bertindak sejauh itu. Apa katanya tadi? Pindah? Mika nyaris tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Ini benar-benar konyol.
"Gimana kalau ternyata aku juga mau dan nggak terpaksa ngelakuinnya?" Mika tidak tahan lagi, ia harus mengatakan tentang perasaannya sekarang juga. "Aku mau ngelakuin itu sama Om karena aku emang suka sama Om. Aku selalu ngeliat Om sebagai pria dewasa yang aku cintai. Orang yang bikin aku semangat dan nggak kesepian lagi. Tapi Om ternyata nggak pernah sadar itu. Om udah buta sama cinta Om ke Diana yang ternyata adalah cewek murahan yang doyan selingkuh."
Bara menggeleng. Dilema di hatinya sungguh tidak tertahankan. Dari segala kekacauan yang sedang melandanya, Bara hanya menemukan satu solusi yang paling masuk akal. Ia tidak ingin semakin masuk ke dalam lubang penyesalan nantinya. Maka dengan tegas ia pun menatap Mika. "Mika, kamu masih muda, hidupmu masih sangat panjang. Dan Om nggak mau kamu terjebak dalam perasaan itu hanya karena kamu kesepian."
"Tapi aku sudah cukup dewasa untuk memilih. Dan aku milih buat suka sama Om," Mika masih bersikeras. "Lagian meskipun aku kesepian, aku juga nggak sembarangan suka sama orang. Aku juga pilih-pilih kali Om," ada sedikit rasa tersinggung di hati Mika saat Bara meremehkan perasaannya.
Namun, lagi-lagi Bara menggeleng. "Om belum siap untuk hubungan baru, Mika, maaf."
Mika mendengar suara ayahnya yang memanggilnya dari balik pintu kamar. Sekaligus membuyarkan lamunannya tentang peristiwa yang paling membekas di dalam ingatannya.
Sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tampak tersenyum itu, Mika berkata dengan nada yang sangat yakin, "Kali ini aku akan bikin kamu jatuh cinta sama aku."
***
Seperti biasa, full version-nya bisa dibaca di karyakarsa. Tapi ini opsional, nggak beli juga nggak pa-pa. Tapi mending beli sih kalo kata aku mah wkwk soalnya cuma 2.000, sama kayak bayar parkir di alf*mart 😂
Btw tinggal satu cerita lagi sebelum series ini tamat. Duh nggak sabar~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)