Seminggu telah berlalu sejak pertemuan terakhir Rama dengan Salma di Glory Hotel. Dan sekarang ia telah merindukan wanita itu—serta sentuhannya tentu saja. Rama ingin merasakan kembali kenikmatan yang hanya ia dapatkan saat bersama Salma, wanita yang telah meninggalkan kesan mendalam untuknya.
Memikirkan Salma saja sudah membuatnya frustasi. Rama ingin sekali segera bertemu kembali dengan wanita itu.
Tapi sayang, menurut informasi Mama Cinta, Salma hanya menerima satu pelanggan per hari. Dan selama seminggu ini jadwalnya sudah penuh. Membuat harapan Rama untuk kembali berjumpa dengannya seketika pupus begitu saja.
"Lo kenapa, Ram? Gelisah banget kelihatannya," tanya Anton, rekan sejawatnya, saat keduanya sedang makan siang di kantin rumah sakit tempat keduanya bertugas.
"Kelihatan banget, ya?" Rama terkekeh, tidak berusaha mengelak kata-kata Anton yang berhasil menebak dengan benar.
"Banget. Kenapa sih lo?"
"Biasalah, kurang jatah."
Anton menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendengkus. "Makanya nikah, jomlo mulu sih."
"Nikah itu persoalan lain. Gue cuma pengin kawin doang," Rama menyedot es jeruknya setelah mengaduk-aduk cairan dingin itu dengan sedotan.
"Cari pacar kalau gitu."
"Malas sama komitmennya."
Anton memutar bola matanya malas. Apapun yang ia ucapkan selalu mental.
"Ada satu cewek yang mainnya enak banget. Tapi jadwal dia full mulu. Gue nggak bisa booking dia."
"Anjing, nggak cukup sama FWB, sekarang lo nyewa perek? Nggak takut penyakitan?" Anton tidak menyangka, pergaulan temannya ini sudah terlalu jauh.
"Halah, main sama yang bukan perek juga bisa kena penyakit."
"Tapi lo dokter, Gila. Harus ngasih contoh yang baik."
"Dokter juga manusia kali, Ton."
"Kalau gue sih iya, dokter manusia. Kalau lo kayaknya dokter setan, kelakuannya mirip soalnya."
"Sialan."
Rama tertawa, sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Anton. Toh, tidak sepenuhnya salah. Meski sama-sama berprofesi sebagai dokter dan berteman, namun Anton dan Rama sangatlah berbeda.
Anton sudah settle, memiliki istri cantik dan seorang anak laki-laki berumur lima tahun yang sedang lucu-lucunya. Sementara Rama, jangankan menikah, ia saja memilih tidak berpacaran karena terlalu malas berurusan dengan komitmen di sebuah hubungan asmara yang terkenal memusingkan.
Selama ini Rama lebih senang menjalani hubungan friends with benefit alias FWB ketimbang berpacaran. Karena peraturan FWB adalah tanpa menggunakan hati. Tanpa mengutamakan perasaan. Hanya mencari kesenangan yang sama-sama dibutuhkan oleh sesama partner FWB.
Dan karena Rama sedang tidak memiliki FWB, jalan satu-satunya untuk ia tetap bisa menyalurkan hasrat seksualnya adalah dengan menyewa pelacur. Yang kebetulan bertemu dengan Salma yang memiliki kemampuan bermain sangat baik. Terlalu baik bahkan, hingga Rama jadi terkenang-kenang olehnya. Apalagi goyangan pinggulnya yang memabukkan. Oh ... Rama tidak tahan membayangkannya, ia takut burungnya bangun dan membuat sesak celananya.
"Gue harus ketemu lagi sama cewek itu," gumam Rama sambil mendesah.
"Cewek yang lo sewa itu?" tanya Anton sambil lalu.
Rama mengangguk. "Mainnya enak banget, gila."
"Ngeliat reaksi lo yang beda ini. Gue percaya dia emang cukup bikin lo terkesan. Sampai uring-uringan gini bentukan lo," kekeh Anton setengah mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
NouvellesKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)