Darius tengah menegak air dingin yang baru saja ia ambil dari kulkas. Ia baru saja selesai menuntaskan hasratnya dengan bermain solo di dalam kamarnya, dibantu dengan video panas yang sengaja dikirimkan pacarnya untuknya. Darius tidak puas, ia ingin memasuki lubang hangat yang berdenyut melahap penisnya, namun pacarnya yang bekerja sebagai pramugari tidak dapat ia temui hari ini karena sedang ada jadwal terbang.
Saat Darius baru saja selesai menuntaskan rasa hausnya, ekor matanya menangkap satu sosok asing yang sepertinya terkesiap melihatnya.
Darius menoleh ke arah wanita itu. Dalam hati ia tahu siapa dia. Pacar Salis. Wanita yang baru saja disetubuhi oleh anaknya. Yang memiliki desahan yang mengundang penisnya berdiri begitu saja.
"Kamu siapa, ya?" tanya Darius pura-pura polos. Untung saja ia pandai melakukan poker face.
Savia menelan air liurnya gugup. Ada rasa cemas yang terlihat jelas di wajahnya. Tapi Darius masih berlagak tidak mengerti situasi. Demi kebaikan semua orang, Darius akan merahasiakan apa yang baru saja ia lihat kepada wanita itu.
"Sa—saya Savia, Kak, eh, Om," Savia menggigit bibirnya takut-takut.
Darius mau tak mau justru tertawa. Wanita yang menarik. "Saya Darius, papanya Salis," Darius membuang botol air minum plastik ke dalam tempat sampah setelah meremas botol itu hingga rusak. "Mau minum?"
Tawaran yang langsung diangguki oleh Savia.
Darius lantas kembali membuka kulkas yang ada di dekatnya dan mengambil satu botol air minum kemasan yang masih tersegel. Setelah membuka tutupnya ia mengulurkan botol berisi air dingin itu kepada Savia.
Meski Darius mengulurkan botol itu tanpa kata, Savia tetap merasa pipinya menghangat karena perlakuan Darius barusan.
Gila, papanya Salis hot banget, teriak Savia dalam hati.
"Anu ... Om, Om udah lama di rumah? Kata Salis Om lagi keluar tadi," Savia bertanya setelah mengambil botol itu. Ia harus memastikan bahwa Darius tidak memergoki kegiatan panas mereka. Karena, gila, itu hal yang memalukan bagi dirinya. Kesan pertamanya akan rusak di mata Darius jika benar itu terjadi.
"Baru sekitar lima menit yang lalu," Darius mengerutkan keningnya dan memberikan tatapan bertanya. "Kenapa?" tanyanya sambil berjalan mendekat ke arah Savia.
Tapi sebelum sampai ia di dekat Savia, Salis tiba-tiba sudah muncul dari arah tangga dan berjalan mendekat ke arah Savia.
"Papa? Kapan pulang?" tanya Salis dengan nada cukup panik setelah berada di samping Savia.
"Kalian kenapa mukanya begitu?" tanya Darius sambil terkekeh. "Papa baru aja pulang, baru aja sampai rumah dan minum."
Ada embusan napas lega yang bisa Darius tangkap dari keduanya. Namun, Darius masih memilih pura-pura bodoh dan melenggang pergi meninggalkan dua orang yang saling menatap itu.
***
Darius sedang sibuk membaca laporan yang dikirim oleh sekretarisnya lewat tablet di tangannya saat langkah kaki seseorang mendekatinya. Itu adalah Salis, yang baru saja pulang setelah mengantarkan Savia kembali ke apartemennya. Darius mengangkat kepalanya sambil menatap lurus ke arah Salis. Membuat pria muda itu mendekat dan duduk di dekat ayahnya.
"Papa udah makan siang?" tanya Salis basa-basi.
ART yang bekerja kepada mereka ternyata keduanya sedang izin libur. Sehingga untuk urusan makanan, kedua ayah dan anak itu harus mengurusnya sendiri.
"Aku pesan online aja, ya?" tanya Salis lagi.
Darius mengangguk kecil, membiarkan anaknya itu mengurus makan siang mereka berdua sementara ia menyelesaikan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
NouvellesKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)