Sudah tiga hari Mika tidak melihat Bara. Lebih tepatnya setelah acara makan siang mereka bersama kekasih Bara, Diana. Mika yang biasanya selalu berusaha terlihat di sekitar Bara kini menghilang bak ditelan bumi.
Mika memang sengaja menghindari Bara untuk sementara waktu. Dan atas saran dua sahabatnya yang ternyata memiliki otak yang lebih waras darinya itu. Mika akhirnya memutuskan untuk perlahan menjauh alih-alih meneruskan niatnya untuk merebut Bara dari Diana.
Untuk saat ini, meski hanya dilihat sekilas pun, Mika jelas sudah kalah telak. Bagaimana tidak, Diana yang memang sudah dewasa itu adalah seorang pekerja kantoran yang memiliki karir yang bagus. Terlebih pembawaannya yang lembut dan dewasa adalah daya tariknya yang tak terbantahkan. Jangankan pria, wanita seperti Mika pun terpesona dibuatnya.
Dibandingkan dengan Mika yang hanya mahasiswa fakultas hukum biasa. Memiliki gaya pakaian yang kasual dan cuek serta pembawaan yang cenderung jutek. Ketimpangan itu sangat terpampang nyata di sana. Siapapun yang melihat dapat menilai sendiri, bahwa dari segi apapun Mika tidak bisa mengalahkan sosok Diana di mata seorang Bara yang mencintainya.
Satu-satunya cara yang bisa Mika perbuat saat ini adalah menghindari Bara sebisanya. Menjauhkan sosok itu dari pandangannya. Yah, walaupun ia masih belum bisa menghapus Bara dalam pikirannya. Namun setidaknya Mika sedang mencoba.
Tiga hari tanpa Bara. Tiga hari pula Mika gencar menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang membuatnya terdistraksi. Dan salah satunya adalah melakukan pendekatan dengan seorang pria yang sepertinya menyukainya. Pria yang secara rupa dan sikap memang tidak semenarik Bara, namun ia juga tidak jelek—hanya bukan tipe Mika saja.
Bahkan saat berbicara dengan Mika, pria itu selalu memberikan atensi penuh, seperti sekarang. "Lo yakin besok nggak mau gue jemput?" tanya Dafa—nama sang pria—kepada Mika setelah mobilnya telah sampai di depan rumah wanita itu. "Kita bisa nonton atau jalan-jalan setelah kuliah lo beres besok."
Mika senang dengan perhatian yang ditunjukkan Dafa kepadanya. Tapi masalahnya besok Dafa tidak ada mata kuliah alias libur. Bagaimana bisa Mika menyabotase hari libur pria itu hanya untuk mengantarnya ke kampus. Dengan gelengan dan senyum, Mika menolak. "Nggak usah deh, Daf. Nanti gue ngerepotin. Lagian gue juga bisa bawa mobil sendiri kok."
"Lo nggak ngerepotin Mika, justru gue seneng karena akhirnya lo respons gue," jujur Dafa dengan senyum lebar.
Setengah ingin menolak, tapi pada akhirnya Mika mengangguk. Ia sudah menemukan pria yang jelas-jelas tertarik dengannya. Demi misi kabur dari pesona Bara, Mika akan berusaha untuk memulainya dengan Dafa. "Ya udah, jemput gue jam 7 kalau gitu."
"Oke, Mika."
Mika lantas turun dari mobil Dafa tanpa menoleh ke arah rumah Bara. Sebagai upaya untuk menghindari segala hal yang berhubungan dengan pria tersebut, termasuk melirik ke arah rumahnya. Namun, saat mobil Dafa sudah berlalu dan perlahan mengecil dari pandangan Mika, sebuah suara yang sangat ia kenal membuatnya menoleh cepat. "Cowok kamu, Mik?" tanya Bara yang baru saja keluar dari rumah sambil membawa beberapa berkas di tangannya.
Sialan, ngapain hari senin dan jam segini ini orang ada di rumah, Mika tidak mengangguk atau menggeleng. Ia mengalihkan pandangannya dari Bara sebelum menjawab. "Calon, doain aja, Om," Mika menoleh cepat ke arah Bara seraya menunjukkan senyum tanpa arti. "Aku masuk dulu, Om. Bye."
***
Setelah pulang ke rumah demi mengambil berkas tambahan atas kasus yang sedang ia tangani, dan tidak sengaja bertemu dengan Mika, Bara mengendarai mobilnya menuju apartemen Diana. Sebab tablet Bara yang berisi beberapa file kerjaan ada di sana. Memanfaatkan waktu istirahatnya yang masih tersisa 1 jam lagi.
Namun sesampainya Bara di apartemen Diana, betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang pria setengah telanjang sedang tidur pulas di ranjang kamar Diana. Salah satu tempat yang biasanya mereka gunakan untuk berbagi kehangatan hingga malam panas bersama.
Tanpa ba-bi-bu, Bara menyeret kaki pria itu hingga jatuh ke lantai dan memukuli wajahnya yang kaget karena tidurnya terusik. Dengan penuh kemarahan Bara berkata lantang sebab ia mengenali pria itu. "Gue pikir lo udah stop jadi selingkuhan Diana setelah ketauan sama gue tahun lalu. Tapi ternyata lo nggak ada kapok-kapoknya, ya. Lo ngeremehin gue, Anjing."
Pukulan demi pukulan mendatar di wajah pria yang menjadi selingkuhan Diana tersebut. Meski Bara juga mendapatkan beberapa pukulan balasan, namun hasil akhirnya Bara tetap lah menang telak. Bara lantas bangun dari atas tubuh pria itu, membiarkan selingkuhan Diana terkapar di lantai sambil terbatuk-batuk sementara ia mengambil tablet yang semula menjadi tujuannya datang ke tempat tersebut.
"Bilang ke Diana kalau gue sama dia udah putus," ujar Bara sesaat setelah menemukan tablet miliknya. "Dan bilang juga ke dia, jangan cari gue lagi. Karena gue nggak mau ketemu lagi sama cewek murahan kayak dia," lanjutnya dingin dan melangkah pergi meninggalkan apartemen itu tanpa menoleh ke belakang sekalipun.
Pada akhirnya, Bara menelepon kantornya dan memberi alasan bahwa ia sedang melakukan dinas luar hingga tidak bisa kembali ke kantor hari ini. Namun, alih-alih pulang ke rumahnya untuk menenangkan diri, Bara justru menemui salah satu teman yang biasanya menjadi tempat ia berkeluh-kesah dan minum sepuasnya.
***
Pukul satu pagi, Mika mendengar bel rumahnya dipencet beberapa kali. Saat ini Mika tinggal seorang diri di rumah karena ayahnya tengah melakukan perjalanan bisnis sejak dua hari yang lalu. Mendadak rasa takut itu membuatnya hampir menangis. Tapi, penasaran yang ia dera tak kunjung hilang. Maka satu-satunya cara adalah melihat siapa orang yang berada di depan rumahnya itu.
Saat Mika mengintip dari balik jendela, tampak sosok Bara yang sedang sempoyongan sambil memanggil namanya dan memencet bel. Dan dengan tergopoh-gopoh Mika pun membuka pintu rumahnya dan mendapati sosok Bara yang tersenyum dengan wajahnya yang merah dan sayu, khas orang yang sedang mabuk berat.
"Mika, Om datang," Bara tertawa dan menerobos masuk ke dalam rumah itu. "Tapi Om nggak bawa apa-apa," lanjutnya seraya berjalan ke arah sofa dan mendudukkan tubuhnya di sana.
Mika menatap Bara dengan pandangan aneh, setelah mengunci pintu wanita itu berjalan menghampiri Bara. "Om mabuk? Kenapa nggak pulang ke rumah Om aja?"
"Mabuk? Ya, sedikit," Bara memberi gestur menyatukan jempol dan telunjuk dan dilanjutkan dengan tawa. "Malam ini Om di sini, ya. Diana pasti nyari Om. Wanita murahan itu pasti mohon-mohon ke Om kayak tahun lalu. Nggak ... nggak mau lagi berhubungan sama dia."
Ocehan Bara dengan suara diseret-seret layaknya kebiasaan orang mabuk itu membuat Mika semakin bingung. Ia mendekati Bara dan lantas duduk di samping pria itu. "Om putus sama Tante Diana?"
Bara mengangguk dalam. "Ada cowok di apartemennya dia. Si brengsek itu selingkuh lagi. Diana ... dia ... dia cewek brengsek."
Mika tahu bahwa ini bukan saatnya ia bahagia di atas penderitaan Bara. Namun melihat bahwa pada akhirnya hubungan dua orang itu akhirnya kandas tanpa campur tangannya membuat Mika merasa dunia memang sedang berada di pihaknya. "Om istirahat aja, ya? Mika siapin kamarnya dulu."
Wanita itu baru hendak beranjak saat Bara tiba-tiba menahan tangan Mika dan menariknya. Dengan kejadian yang secepat kilat, bahkan Mika belum bisa mencerna apa yang telah terjadi, Bara justru sudah mendaratkan bibirnya di atas bibir Mika. Tangan Bara beralih ke pinggang Mika saat wanita itu akhirnya duduk di atas pangkuannya. Meski dalam keadaan mabuk, Bara masih lihai memainkan lidah dan bibirnya demi mengeksplor bibir Mika yang sedang berada di dalam kekuasaannya.
Jangan tanya bagaimana reaksi Mika sekarang. Matanya terbuka dengan bola mata yang melotot tak percaya. Apa yang Bara lakukan terhadapnya adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Mika. Bahkan cinta bertepuk sebelah tangannya sudah ia hempaskan tiga hari yang lalu. Bagaimana bisa Bara justru melakukan sesuatu yang membuatnya goyah lagi.
"Om shhh," Mika mendesah di sela-sela ciuman Bara yang panas. Tidak berniat melarikan diri ataupun mendorong pria itu pergi. Justru sebaliknya, Mika mengalungkan kedua tangannya di leher Bara dan mulai membalas ciuman pria itu sebisanya.
***
Promosi lagi, ah. Aku punya cerita baru judulnya Delicious Poison dan udah ada dua bab di sana. Bakal update rutin mulai hari ini, so, jangan lupa mampir, ya. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)