Hot Chocolate - 4

9.5K 107 8
                                    

Matthew melepas kepulangan Rory yang dijemput oleh supirnya dengan pandangan tak terbaca. Ia melambaikan tangannya ringan saat dari dalam mobil kepala Rory kembali melongok ke arahnya sambil tersenyum lebar. Sampai kemudian mobil tersebut berkelok menuju gerbang dan hilang di balik rerimbuhan.

Diam-diam Matthew tersenyum kecil kala mengenang apa yang baru saja mereka lakukan di paviliun. Setelah menunduk sejenak, mengenyahkan khayalan menyenangkan di benaknya, Matthew berbalik dan menaiki lima anak tangga menuju teras rumahnya.

Ayunan langkah ringannya yang sudah jelas mengarah ke mana. Matthew telah siap menghadapinya tanpa rasa gentar di dada.

Sesampainya ia di tujuan, di depan sebuah pintu yang tertutup, tanpa mengetuk terlebih dahulu Matthew langsung membuka pintu itu. Dan baru saja ia ingin masuk ke dalam lewat celah pintu yang baru saja ia buka, sebuah lemparan piala berbahan logam mengenai pelipisnya. Sebuah luka dengan darah yang pelan-pelan merembes adalah hadiah dari si tuan pemilik ruangan, yang tidak lain tidak bukan adalah ayahnya.

"Habis kamu apain itu Aurora? Belum puas kamu main-main sama perempuan? Sampai anak teman bisnis Papa juga harus kamu lecehin juga?" nada berang itu memenuhi ruangan yang baru saja ditutup oleh Matthew.

Tanpa rasa bersalah, Matthew berjalan mendekat sambil mengusap pelipisnya yang berdarah. "Aku nggak lecehin, Rory. Kami sama-sama mau. Lagipula, ini kan tujuan Papa ngenalin aku ke Rory? Biar bisnis Papa sama Om Chandra berjalan lancar?"

Sang ayah menghela napas kasar. Ia tahu Matthew memiliki pikiran yang sama culasnya dengannya, tapi tidak menyangka bahwa Matthew bisa nekad melakukan hal yang di luar batas kewajaran yang ada.

"Sudah berapa kali kamu berhubungan badan dengan Rory selain yang tadi Papa lihat?" tanya ayahnya, kali ini bernada cukup enak didengar meski masih terselip marah di sana.

Matthew tidak langsung menjawab, ia terkekeh-nyaris terpingkal-pingkal-karena merasa amat lucu dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh sang ayah. Butuh agaknya dua menit lamanya sebelum pria tersebut menjawab. "Papa mulai kepo dengan sex life-ku?"

"Shut the fuck up, Matthew. Ini bukan persoalan yang bisa kamu gampangin kayak gitu," ayahnya menunjuk Matthew dengan mata melotot lebar. "Kalau sampai Chandra tau perbuatan kamu, dia bisa nuntut kamu. Dan kerjasama bisnis kami bisa terancam gagal. Kalau kamu memang nggak mau bantuin bisnis Papa. Setidaknya jangan banyak tingkah!"

Matthew merubah ekspresi wajahnya menjadi datar. "Justru aku lagi bantuin Papa biar rencana bisnis kalian berjalan lancar. Tapi syaratnya, aku mau Papa urus pertunanganku dengan Rory," Matthew sejenak terkenang dengan wajah manis yang telah mewarnai hidupnya akhir-akhir ini, sebelum kemudian kembali berkata. "Tapi kalau Papa nggak mau juga nggak pa-pa, aku bisa urus sendiri."

"Aurora masih 17 tahun, Matthew. Dia masih terlalu muda," sang ayah tidak habis pikir dengan pola pikir sang anak. Yang ternyata memiliki sifat ambius juga.

Kali ini giliran Matthew yang menghela napas. Sedikit tidak percaya bahwa sang ayah memiliki sisi humanis. Mengingat selama ini Matthew melihat ayahnya adalah sosok yang tidak mengenal belas kasih sedikitpun.

"Jadi, Papa nggak mau bantu?" tanya Matthew. Tidak ingin lagi berbasa-basi.

"Tolong jaga sikap kamu. Papa akan coba bicara ke Chandra soal ini," kata sang ayah pada akhirnya. Menyerah dengan keinginan anak keduanya itu.

"Terima kasih, Pa," Matthew melangkah keluar, dan menghilang setelah pintu itu kembali tertutup. Meninggalkan ayahnya yang kini tengah menyusun strategi untuk mewujudkan keinginan Matthew.

***

Semua orang yang ada di dalam dua keluarga itu tengah membicarakan rencana pertunangan Matthew dan Rory yang terkesan tiba-tiba. Sementara itu, dua orang yang tengah dalam pembicaraan tersebut justru sedang asyik bersenggama di dalam paviliun sang pria. Kali ini, karena tidak ingin kecolongan, Matthew mengunci pintu paviliun itu agar tidak ada satupun orang yang akan menangkap basah perbuatan mereka.

"Ahh ... Kak Matthew ... iya Kak, di sana. Tusuk di sana," rancau Rory keras. Ia tidak peduli kalau-kalau orang mungkin bisa mendengarnya. Toh, mereka akan bertunangan. Matthew akan menjadi miliknya.

...

Versi lengkap part ini bisa dibaca di karyakarsaku, link ada di bio

Semoga semuanya sehat selalu dan bahagia. Next story mungkin akan diupload lusa. Kayaknya aku lagi susah fast update, nih. Banyak kerjaan yang nggak bisa ditunda. Jadi, mohon dimaklumi yaa. Love you guys 🍑

Sweet and SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang