Noted, Boss! - 2

8.7K 155 27
                                    

Demi meredakan kekesalan sang kekasih, Hera pun akhirnya meladeni ciuman Kirana. Ia mengalungkan tangannya ke leher pria tersebut dan mulai membalas lumayan-lumayan yang lebih dulu ia terima. Tidak ada lagi kelembutan di sana, Kirana dan Hera semakin memacu diri dalam ciuman yang panas dan menggebu-gebu.

Lidah yang juga ikut bermain, saling membelit, menari-nari menyusuri sisi-sisi sensitif yang menyenangkan dan memicu debaran. Hera tidak lagi terkejut dengan gaya ciuman Kirana yang sulit untuk ditaklukkan, sebab ia telah mengakui bahwa Kirana adalah pencium yang handal. Kemampuannya melemahkan hati wanita hanya dengan ciumannya saja adalah fakta yang tidak terbantahkan.

Terlebih saat Kirana mendorong Hera ke dinding tepat di samping pintu ruangan dan menghimpitnya. Pria itu benar-benar mendominasi Hera dengan kemampuan penakluknya yang luar biasa. Jika saja Kirana tidak memeluk pinggang Hera, mungkin wanita itu sudah merosot ke lantai karena lemas yang tidak tertahankan. Sebab ciuman seorang Kirana agaknya mengandung adiksi yang dapat memabukkan. Seperti Hera yang telah tak berdaya hanya karena permainan bibir pria tersebut.

"Mmpphh ...," Hera memukul pelan dada Kirana.

Seolah mengerti, Kirana pelan-pelan melepaskan ciumannya. Namun, pria itu tidak benar-benar menjauh, ia tetap mendekatkan wajahnya ke arah Hera yang semakin hanyut oleh pesonanya.

"I love you," bisik Kirana dengan suaranya yang berat.

Hera tersenyum lemah. Matanya berbinar mendengar kata-kata manis yang baru saja diucapkan kekasihnya itu. "I love you too," balasnya seraya mengelusi pipi Kirana lembut.

Suara yang seksi. Itulah kesan pertama Hera terhadap orang yang telah menjadi pacarnya itu. Entah bagaimana mulanya—lebih tepatnya Hera tidak bisa berpikir saat ini—Kirana tertarik kepada Hera yang saat itu hanyalah karyawan baru di kantor. Bermula dari ajakan makan siang bersama, pulang kerja bersama, yang kini keduanya sudah berada di fase bercumbu bersama di dalam kantor—sekaligus uji nyali untuk hubungan mereka yang masih tersembunyi dari orang-orang di kantor meski telah memasuki tahun pertama. Mengingat hal itu, Hera masih saja merona dibuatnya. Kirana tahu betul bagaimana memainkan hati dan perasaan Hera hingga sang wanita terus terpaku pada sosoknya.

Kirana yang masih menatap lurus ke arah Hera belum juga ingin melepaskan tubuh kekasihnya. Ia justru kembali mendekatkan bibirnya dan melumat bibir bawah Hera, kali ini lebih menggebu-gebu dan menuntut. Jika sudah begini, Hera tahu akan ke mana arahnya.

Hera dituntun menuju meja kerja Kirana dengan tautan bibir yang belum juga terlepas. Keduanya semakin asyik menjamah satu sama lain, bahkan Hera yang juga menginginkan Kirana tampak aktif mengelusi selangkangan sang pria yang masih ditutupi celana itu. Tentu saja Kirana menyukai bagaimana Hera yang selalu proaktif saat bersenggama dengannya. Meski pada akhirnya ia tetap menang, namun Kirana menyukai cara Hera berusaha menaklukkannya.

Ciuman itu terlepas sejenak, Kirana menyingkirkan beberapa benda di mejanya lalu mendudukkan Hera di sana. Tangan Kirana menyusup masuk ke dalam blus yang dikenakan Hera dan meremas payudara sintal itu dengan cara yang agak kasar. Dan Hera yang tidak tahan dengan rangsangan yang ia terima hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan, berusaha meredam desahannya agar tidak ketahuan oleh orang lain di luar ruangan itu.

Tangan Kirana dengan cepat keluar dari persemayamannya di dalam blus Hera dan beralih mengangkat rok yang sedang digunakan oleh wanita itu sampai tertumpuk ke perut. Lalu, ia melepaskan ikat pinggangnya sendiri, membuka resleting celananya, dan mengeluarkan penisnya setelah sedikit menurunkan celananya. Kirana tersenyum simpul sambil menyingkap celana dalam Hera, sebab posisi sang wanita kini sangat menggodanya. Hera tahu bagaimana menggodanya, tampak jelas dari cara Hera yang telah mengangkang di depannya, menunggu untuk dimasuki olehnya.

Sweet and SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang