Lovely Lecturer - 3

13.4K 266 20
                                    

Satu minggu setelah kesepakatan itu dibuat. Dan malam ini, Maya mendapatkan tugas pertamanya sebagai tunangan Bima.

Pak Bima : Paketnya sudah kamu terima, kan? Pakai itu dan kamu akan saya jemput satu jam lagi.

Aneh. Itulah yang Maya rasakan meski telah membaca pesan itu sebanyak sepuluh kali sejak lima menit terakhir. Siapa yang menyangka jika dosen pembimbing yang dahulu hanya membalas pesannya seperlunya itu kini justru mengirimi Maya pesan yang panjang. Maya masih setengah tidak percaya saat tangannya meraih tas kertas yang baru saja dikirimkan oleh pengiriman instan ke rumahnya.

Dari dalam tas kertas tersebut, Maya mendapati satu potong gaun berwarna kuning pudar dengan sebuah kotak hitam yang mencurigakan, sebab serupa dengan kotak perhiasan. Mungkinkah?

Dengan tangan yang agak bergetar namun dipacu oleh rasa penasaran yang tinggi, Maya meraih kotak itu. Dan saat dibuka, benar saja, isinya adalah sebuah cincin. Sedetik kemudian Maya tersadar dan ber-oh-ria. Padahal mereka hanya berpura-pura, tapi dosennya itu justru sangat amat niat sampai-sampai menyiapkan cincin pertunangan untuknya segala.

Setengah tersenyum dan setengah tidak sabar, Maya meraih cincin bertakhta berlian itu dan menyematkannya sendiri ke jari manis tangan kirinya. Pas. Cincin itu seolah memang dibuat untuknya. Bagaimana bisa?

Belum puas Maya memandangi cincin mewah di tangannya, sebuah telepon justru menginterupsi kegiatannya itu.

"Halo, Pak," sapa Maya lebih dulu kepada si penelepon yang ternyata adalah Bima. Sang tunangan pura-puranya.

"Kamu nggak balas pesan saya, jadi saya cuma mau mastiin aja," sahutnya di ujung telepon dengan nada ringan.

Maya mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Tersadar bahwa seharusnya ia segera bersiap alih-alih memandangi penuh damba sebuah cincin indah di jari tangannya itu. Terlebih, Maya bahkan belum membalas pesan Bima meski pesan tersebut telah ia baca berulang kali.

"Maya ... Maya ... kamu dengar saya? Halo?"

"Y—ya, Pak. Saya lagi siap-siap sekarang."

Tentu saja Maya sedang berbohong.

"Oke, saya lagi otw ke rumah kamu."

"Jalannya santai aja, Pak."

"Iya, saya tau kok kalau perempuan dandannya lama."

Maya mengangguk dan tanpa sadar tersenyum kecil. Sepertinya lambat laun penilaian Maya kepada dosennya itu akan berubah. Karena semakin ia mengenal Bima, pria tersebut justru semakin tampak berbeda dari image yang selama ini melekat padanya.

***

Rupanya Bima mengajak Maya mendatangi pesta pernikahan temannya. Dengan perasaan campur aduk dan dibumbui kecanggungan yang kental, Maya melirik takut-takut ke arah Bima yang sedang menggandeng tangannya. Benar, tangan pria itu entah sejak kapan telah memegang tangannya. Tanpa izin. Dan bodohnya Maya terlambat menyadari aksi Bima sebab wanita tersebut telah terdistraksi oleh pikirannya sendiri.

Tanpa sadar, Maya mengembuskan napas kasar. Membuat Bima menoleh sekilas dan berujar pelan. "Kamu tenang aja, bersikap aja senormal mungkin."

Titah yang diberikan Bima terdengar mudah memang. Tapi, perlu digarisbawahi, Maya adalah orang dengan pengalaman nol besar dalam hubungan interpersonal yang melibatkan sentuhan-sentuhan fisik dan mencakup pula hal-hal mesra yang lain. Seperti yang sedang Bima lakukan kepadanya; menggandeng tangan Maya.

Maka untuk sekadar mengangguk saja Maya butuh waktu beberapa sekon. Dan untungnya Bima tidak mempermasalahkan respons yang ia dapatkan dari Maya. Karena biar bagaimanapun, keduanya sama-sama baru dalam menjalankan hubungan aneh itu. Toh, ini hari pertama mereka bersikap layaknya tunangan. Kesalahan kecil bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan.

Sweet and SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang