"Wen, nanti pulangnya bawa oleh-oleh, ya?" ujar Sinta sambil tersenyum penuh harap.
Wanita yang sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper itu seketika menoleh. "Iya, Kak, nanti aku sempetin keluar buat cari oleh-oleh," Weni tersenyum lembut dan kembali memasukkan beberapa barang ke dalam kopernya. "Kakak mau oleh-oleh apa emangnya?"
Sinta tersenyum penuh arti sebelum kemudian berucap. "Bule ganteng satu, kalau bisa yang matanya biru."
Weni berdecak sebal sementara Sinta justru tertawa keras sambil memegangi perutnya.
"Ngomong-ngomong aku dengar dari Miss Kartika, Mas Segara sendiri, lho, yang pilih kamu buat ikut rombongan liburan natal tahun ini," kata Sinta kepada Weni saat tawanya sudah berhasil ia reda.
Weni tertawa canggung, wanita itu bahkan tidak berusaha menoleh ke arah Sinta. Ia justru sengaja menyibukkan diri dengan melipat beberapa pakaian yang ingin ia masukkan ke dalam koper. "Mas Segara, kan, paling suka kopi buatan aku, Kak. Dan dia juga tipe orang yang nggak bisa hidup tanpa kopi. Kak Sinta, kan, tau sendiri kebiasaan minum kopinya Mas Segara kayak gimana."
"Bener juga, sih," Kak Sinta mengangguk membenarkan. "Padahal bikinnya pakai mesin dan biji kopi yang sama. Terus dia bisa bedain rasanya dari mana coba?" ada sedikit nada penasaran sekaligus kesal dari kata-kata Sinta, tentunya Weni pun bisa menangkapnya dengan jelas.
"Pecinta kopi tuh lidahnya emang cukup sensitif," jelas Weni dengan cara yang lembut dan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh Sinta. "Jadi, wajar aja kalau Mas Segara bisa bedain rasa kopinya. Main perasaan gitu deh, Kak," wanita itu menoleh ke arah Sinta sebelum kemudian tersenyum cukup lebar.
"Kayak orang lagi jatuh cinta aja, ya, pake bawa-bawa perasaan segala," kata Sinta seraya terkekeh. "Aahh ... seandainya aku juga bisa ikut pergi sama kamu, Wen," Sinta berbaring di ranjang milik Weni.
Weni telah selesai membereskan barang-barang bawaannya. Lalu menghampiri Sinta yang masih berbaring itu. "Kak Sinta tahun lalu juga nggak ikut?" tanya Weni agak penasaran, sekaligus tidak enak karena ia yang hanya anak baru justru diajak ke dalam rombongan alih-alih Sinta yang lebih senior darinya di rumah ini.
Sinta menoleh ke arah Weni. "Ikut kok," ia mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit kamar Weni yang memiliki desain persis sama dengan kamar miliknya. "Tapi memang setiap tahun selalu ada pergantian staf yang ikut. Karena tahun lalu aku, Lastri, dan Dama udah, jadi tahun ini kami yang giliran jaga rumah."
Weni merasa lega dengan kata-kata Sinta. Ia lantas tersenyum cerah dan berkata, "Oke deh kalau gitu. Aku akan bawain oleh-oleh buat kalian nanti."
"Inget, ya, aku mau oleh-oleh cowok bule."
"Kak!"
"Matanya biru kalau bisa hahaha."
***
Segara : Ke kamarku sekarang.
Weni menghela napas saat membaca pesan yang baru saja muncul di ponselnya itu. Rombongan mereka baru saja tiba di vila yang disewa untuk perayaan natal. Bahkan Weni ingin sekali langsung tidur saat ini juga karena mabuk pascaterbang yang ia alami. Betapa tidak, total 22 jam waktu yang harus mereka habiskan untuk sampai di vila yang terletak di kawasan Edinburgh. Belum lagi cuaca dingin yang langsung menyapa, Weni sama sekali belum terbiasa.
Akan tetapi pria itu justru menyuruh Weni untuk menemuinya tanpa bertanya keadaan wanita itu sebelumnya. Ah, terkadang Segara memang bersikap sangat menyebalkan, contohnya sekarang.
Weni : Tapi aku capek banget, Mas. Besok aja boleh, nggak?
Segara : Ok, aku aja yang nyamperin kamu ke kamar.
Weni : JANGAN!
Weni : Aku ke kamar Mas sekarang.
***
Ngapain tuh nyuruh ke kamar? Wkwk
Lengkapnya bisa dibaca di kk, link ada di bio. See you on the next story ya, gak sabar nulis next story soalnya ceweknya cegil wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)