Secret Room - 2

20.9K 191 0
                                    

"Kamu mau jilatin vaginaku?" tanya Salma sedikit enggan. "Plis, jangan. Itu kotor," wanita itu menggelengkan kepalanya tanda menolak.

Namun Rama yang seolah tuli justru mendekatkan wajahnya ke arah kemaluan Salma yang mulus tanpa bulu itu. Mengagumi tempat paling pribadi Salma yang cantik. Jelas sekali wanita itu merawat area intimnya dengan sangat baik.

"Cantik," puji Rama sambil menatap vagina Salma dengan pandangan memuja. "Dan wangi," lanjutnya sebelum mengecup bibir vagina Salma berulang kali.

Napas Salma tercekat. Ia tidak bisa menolak gejolak nikmat yang ia rasakan. Meski ada setitik malu yang menyelinap di benaknya, namun pada akhirnya ia tetap membiarkan Rama mengeksplorasi lidahnya ke bagian paling intim dari tubuhnya itu.

Selama menjadi pelacur, ini adalah pertama kalinya ada pelanggan yang mencium dan memanjakan vaginanya. Memujanya dengan suara berat yang teramat seksi. Menganggapnya bukan hanya sebagai barang yang bisa dipakai seenak hati, namun juga wanita yang harus dipuja dan dikagumi.

Salma sudah terbiasa melayani. Terbiasa bersikap murah demi memuaskan pelanggan yang membayarnya mahal. Tapi kali ini justru berbeda, pria itu membuatnya terbuai dalam kenikmatan. Ada perasaan merasa istimewa kala Rama menjamahnya dengan cara yang lain. Yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya bersama orang lain.

Jadi begini rasanya diperlakukan dengan layak?

Cumbuan Rama semakin panas dan menuntut. Jari-jari kekarnya telah bermain di dalam lubang Salma, membuat vagina itu basah dan terangsang. Meminta diperlakukan lebih.

"Rama, tolong, aku nggak kuat," rengek Salma, sesaat kemudian lubang itu mengedut dan menyempit. Menandakan bahwa puncaknya telah datang.

Seorang Salma, untuk pertama kalinya klimaks dengan jari lawan mainnya.

"Enak? Memek kamu harus dilonggarin dulu," ujar Rama santai. Seolah sedang memberitahu seorang wanita amatir dalam bercinta, bukan pelacur yang terbiasa melakukan seks setiap hari.

Tanpa tergesa, Rama melepas kemeja dan celananya. Ia berdiri telanjang di pinggir ranjang, memamerkan betapa indah tubuhnya yang terawat dengan baik. Tonjolan otot-otot di perutnya tampak keras, pasti itu adalah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun di sasana olahraga.

Mata Salma tidak bisa beralih kepada benda panjang yang telah tegak berdiri milik Rama. Tampak menantang dan siap untuk berperang. Dan Salma tidak sabar merasakan benda itu berada di dalam dirinya, menusuknya, dan membuatnya hancur tak berdaya.

Sadar bahwa sedang diamati, Rama tersenyum miring. Ia mengelus penisnya sambil menatap Salma. "Mupeng banget mukanya."

"Pengen," rengek Salma manja, tidak berusaha menutupi keinginannya. Wanita itu bangun dari posisi berbaringnya dan duduk di pinggir ranjang. Ia segera meraih penis itu dan mengocoknya perlahan. "Boleh disepong?" tanyanya meminta izin.

"Tapi jangan sampai kena gigi."

"Aku jago tahu nyepongnya. Kamu nggak akan nyesel."

"Lonte kan emang harus jago nyepong," kata Rama santai, ia menjambak rambut Salma hingga wajah wanita itu menempel ke penisnya. "Kamu emang dibayar buat ngenakin kontol saya. Jadi, cepat sepong sekarang. Saya mau lihat, seberapa jago lonte kesayangan Mama Cinta ini."

Seolah sedang diuji, Salma dengan senang hati berusaha menunjukkan kebolehannya dalam melakukan blow job. Salma percaya diri dengan kemampuannya. Bermula dari mengecupi, berlanjut dengan menjilat, dan berakhir dengan kuluman yang dibarengi dengan permainan lidahnya.

Membuat Rama merem melek dibuatnya. Terlalu nikmat sampai-sampai yang keluar dari mulutnya hanyalah desahan berat yang diselingi oleh geraman serak.

"Fuck, mulut kamu enak banget, Salma," puji Rama blak-blakan, ia menunduk demi melihat pekerjaan Salma yang sedang mengulum penisnya. Wanita itu terus memainkan penisnya tanpa henti, seolah penisnya adalah lolipop yang manis dan menggiurkan.

Sweet and SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang