Setiap orang memiliki perjalanan hidup masing-masing. Sesuai dengan keputusan-keputusan apa yang ia buat. Entah baik atau buruk, pada akhirnya penyesalan adalah hantu yang datang dari masa lalu dan terus mencoba menakut-nakuti di sepanjang jalan tanpa henti. Tapi, ada beberapa orang yang tidak mengenal kata menyesal meski tahu jalan yang ia pilih adalah sesuatu yang tidak benar.
Salah satunya adalah aku.
Memutuskan untuk menjadi seorang simpanan pejabat alias ani-ani adalah keputusan paling besar di sepanjang hidupku yang telah hidup selama dua puluh tiga tahun di muka bumi ini. Aku tidak pernah menyesal atas perbuatanku. Sebab rasa sakit yang dulu pernah kurasakan jauh lebih menyayat daripada hanya memuaskan napsu bejat laki-laki buncit yang kelebihan duit.
Aku pernah menderita. Aku pernah sangat sengsara. Aku pernah berada di titik paling rendah hidupku dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa. Ayahku diculik dan tidak kembali sampai sekarang. Ibuku meninggal karena sakit-sakitan tidak lama setelah ayah menghilang. Dan pada akhirnya, aku yang masih berusia tujuh tahun itu harus mengasuh adikku yang berumur tiga tahun sendirian.
Lalu kami pun berakhir di panti asuhan. Karena tidak ada satupun keluarga yang sudi menampung anak-anak yang malang seperti aku dan adikku.
Tapi, itu sudah berlalu. Aku sekarang sudah memiliki kehidupan yang sangat layak. Serta adik yang sedang menempuh pendidikan tinggi di tempat yang bagus. Aku sudah bahagia, lalu apa lagi?
Hanya ada satu dendam yang tersisa dan masih kupegang dengan teramat erat hingga kini. Orang yang menculik ayahku, akan kubuat keluarganya hancur dan menderita. Sama seperti yang pernah kulalui bertahun-tahun yang lalu.
***
Hari ini aku memiliki tugas menemani salah satu anggota DPR RI yang sedang melakukan kunjungan ke Bali. Sebagai seorang ani-ani, aku harus selalu siap sedia kala pria itu memintaku untuk bersamanya, kapan saja dan di mana saja.
Haha ... karena uangnya telah berbicara lebih keras daripada mulutnya. Jadi, kenapa aku harus menolak permintaan supermudah itu, bukan? Hanya perlu melebarkan paha saja dan uang pun akan masuk ke rekeningku dengan mudahnya.
Lagipula, pria yang kupanggil Om Iskandar itu tidaklah perkasa di ranjang. Ia cepat keluar, permainannya membosankan, dan yang paling menyebalkan dari semuanya adalah ia egois terhadap pasangan seksnya. Tipikal si titit mungil yang berlagak menjadi dominan perkasa, padahal kenyataannya ia justru adalah sebaliknya.
Pecundang.
Untung saja uangnya banyak. Kalau tidak, menatap wajahnya saja aku mungkin akan muntah. Ups, maafkan mulut kasarku, aku tidak tumbuh bersama keluarga yang harmonis yang mengajariku kata-kata sopan, jadi ... anggaplah ini adalah identitas yang memang harus kubawa sampai mati nanti.
Sambungan telepon membuatku yang sedang mencatok rambut panjangku seketika menghentikan kegiatan yang sedang kulakukan. Nama "Tukang Service Ac" tertera di layar ponselku. Aku tersenyum sebelum mengangkat teleponnya.
"Halo, Mas. Ada apa?" tanyaku.
"Halo, Riani. Kamu lagi sama Iskandar sekarang?" pertanyaan dari orang itu membuatku semakin mengembangkan senyum.
"Om Iskandar lagi meeting, aku lagi nunggu di kamar, nih."
"Oh, oke. Sesuai rencana, ya."
Aku tersenyum mengerti. Sambil menatap pantulan wajah cantikku di cermin aku menjawab. "Iya, Mas Sayang. Mas tenang saja."
Sambungan terputus kemudian. Meninggalkanku dengan segala macam rencana yang telah tersusun rapi di dalam kepala. Tujuanku sebentar lagi akan terkabul. Aku bersumpah Iskandar Purwanto akan berakhir di penjara setelah ini. Lebih dari itu, keluarga harmonis yang ia punya pun akan hancur sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)