Strawberry Daiquiri

7.6K 116 13
                                    

Kabur dari kenyataan adalah pilihan yang paling sering diambil oleh orang-orang yang sedang mengalami fase penyangkalan atas patah hati yang melanda diri. Terlebih, banyak hal yang bisa dilakukan dalam misi tersebut, salah satunya adalah traveling seorang diri. Dan itulah yang dipilih oleh Lana setelah putus cinta dengan kekasihnya seminggu yang lalu.

Bosan dengan hiruk-pikuk Jakarta, Lana pun memutuskan membeli tiket pesawat ke Bangkok, Thailand. Tanpa itinerary sama sekali, Lana meninggalkan Jakarta menuju Bangkok hanya dengan berbekal keinginan impulsifnya semata.

"Sialan, gue harusnya nggak ngasih dia kesempatan. Gila aja gue diselingkuhi sama cowok kayak gitu," rutuk Lana sambil meraih gelas strawberry daiquiri yang ia pesan sepuluh menit yang lalu.

Saat ini Lana sedang berada di Vanilla Sky Rooftop Bar, sebuah Bar ekslusif yang berada di lantai 35 hotel SKYVIEW Bangkok. Satu-satunya tempat yang terlintas di otaknya setelah tiba di Bangkok, Thailand. Setelah memesan kamar dan membersihkan diri, ia juga berdandan ala femme fatale—wanita menggoda yang memiliki daya tarik kuat terhadap pria—demi menjalankan misi patah hatinya di bar itu. Benar. Lana datang ke Bangkok untuk mencari pelampiasan atas pengkhianatan yang baru saja ia terima.

Lana mengedarkan pandangan setelah menyesap koktailnya. Dengan pandangan penuh godaan dan pose yang mengundang, Lana memperhatikan orang-orang yang ada di sana. Dan wajah Lana seketika tersenyum riang kala menemukan target yang sepertinya akan ia dapatkan malam ini. Karena di tempat itu rupanya telah dipenuhi oleh pria-pria tampan yang memanjakan mata.

Mungkin untuk sebagian orang, kata bungkus hanya berlaku untuk pria yang ingin mengajak tidur seorang wanita. Namun, Lana berpikiran lain. Malam ini, ia lah yang harus membungkus seorang pria dan menghabiskan malam minggu yang panjang itu bersama.

Persetan dengan apapun yang akan terjadi. Lana sudah bertekad untuk melakukan misi patah hati yang terdengar ekstrim namun layak untuk dicoba, lengkap dengan persediaan kondom bermacam ukuran yang telah ia beli sebelumnya. Toh, Mada, mantannya, sudah memilih meninggalkannya demi wanita lain. Jadi, tidak ada alasan untuk Lana tetap bersedih karena monyet sepertinya.

Ahh ... Lana mendadak kesal. Tanpa sadar ia menandaskan strawberry daiquiri miliknya dan membanting gelas itu di atas meja dengan kerasnya. Ada beberapa orang yang menoleh ke arahnya, tapi Lana sama sekali tidak peduli. Pikirannya telah memburuk dengan cepat hanya karena nama Mada lewat begitu saja di benaknya.

"Cowok brengsek. Cowok anjing! Gue sumpahin lo impoten biar mampus. Rasain!" umpat Lana menggebu-gebu dengan napas tersengal-sengal.

Lana menyugar rambutnya seraya mengembuskan napas kasar. "Lo pikir cuma lo doang yang bisa dapat cewek baru? Liat aja, gue akan tunjukkin kalau gue juga bisa dapat yang lebih dari lo!" belum puas bermonolog, Lana meneruskan omelannya tanpa memedulikan orang-orang yang mungkin memandang aneh kepadanya. "Dasar cowok mokondo! Nggak tau diri! Cowok babi! Gue—"

Tiba-tiba dering telepon dari ponselnya menginterupsi acara mengomel Lana yang sedang panas-panasnya. "Anjir, siapa, sih. Ganggu aja—" Lana seketika terdiam sejenak saat meraih ponsel dan membaca nama penelepon itu di layar. Dengan gerakan malas, Lana mengangkat telepon itu. "Halo, Ma?"

"Kamu di mana?" tanya seseorang di seberang telepon yang ternyata adalah ibunya.

Lana menyandarkan punggungnya di sofa. "Bangkok," ujarnya cuek.

"Lana, kamu ngapain di sana? Kamu kok pergi nggak bilang-bilang Mama? Mama nyariin kamu sampai teleponin teman-temanmu. Kamu hari ini Mama hubungin nggak bisa-bisa. Ada apa? Mama khawatir," rentetan pertanyaan yang bertubi-tubi datang membuat Lana mau tak mau memutar bola matanya malas.

Sweet and SpicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang