Kirana : Aku tunggu di lobi.
Hera : Jangan pas di lobi, agak maju aja biar nggak ketauan.
Kirana : Ok.
Hera menahan diri untuk tidak tersenyum saat mendapati pesan dari Kirana. Wanita itu lantas buru-buru membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja. Takut sang kekasih menunggunya terlalu lama.
"Akhirnya bisa pulang juga," gumam Vino yang tengah melakukan peregangan dengan mengangkat kedua tangannya ke udara. "Lo balik sama siapa, Her?" tanya Vino yang mendapati Hera sedang memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya dengan gerakan tergesa.
"Taksi online," bohong Hera dengan cepat. Wanita itu menoleh sambil berusaha tersenyum santai. Padahal, dalam hati ia cukup deg-degan sebab malam ini ia kembali akan melakukan adegan berbahaya alias menyelinap ke dalam mobil Kirana tanpa ketahuan oleh teman-teman kantornya.
"Taksi online lagi? Lo nggak mau bareng gue aja?" tanya Vino yang ikut-ikutan mengemasi beberapa barang ke dalam ranselnya.
Hera menggeleng sambil mengibaskan tangannya ke udara. "Nggak usah, lo kan juga capek dan rumah kita nggak searah. Lagian gue udah pesan kok."
"Yaudah, bareng aja, yuk, turunnya?" ajak Vino yang masih tidak tahu menahu persoalan genting yang sedang dihadapi oleh teman dekatnya di kantor itu.
Hera meringis, namun ia tidak punya alasan lain selain menerima ajakan Vino. Toh mereka akan berpisah juga di lift karena Vino akan ke arah basemen sementara ia ke lobi. Jadi, seharusnya tidak ada masalah, kan?
"Oke, yuk," Hera berjalan lebih dulu ke arah lift.
Vino yang baru saja selesai berkemas pun berusaha mengejarnya dengan berlari kecil ke arahnya. "Tungguin gue!"
Suasana kantor yang sudah mulai sepi membuat lift yang mereka tumpangi tidak sesak seperti tadi pagi. Wajar saja, ini sudah jam 9 malam. Hanya orang-orang yang lembur saja yang masih setia bertahan di kantor alih-alih bersantai di rumah. Seperti yang dialami oleh orang-orang di divisi pemasaran Lisala seperti Hera dan Vino. Semua karena satu orang yang sedang bermasalah, namun imbasnya mengenai banyak orang. Begitulah efek domino yang sedang dialami oleh kantor mereka.
***
Saat pintu lift sudah terbuka, Hera keluar dari kotak besi itu dengan langkah cepat. Ia melintasi lobi kantornya yang luas menuju arah luar. Sesuai instruksi yang ia berikan kepada Kirana, Hera betulan mendapati mobil sang pria berada sekitar dua puluh meter dari lobi. Setelah menengok kiri-kanan dan dirasa sudah aman, Hera lantas berlari kecil menuju mobil Kirana dan menyelinap masuk ke dalamnya.
"Akhirnya," desah lega Hera setelah dirinya telah memasuki mobil sang kekasih.
"Kamu kenapa? Kok kayak dikejar hantu gitu?" tanya Kirana yang sudah sejak tadi menunggunya di dalam mobil.
Hera meringis dan menggeleng kecil. "Ayo jalan."
Kirana tidak langsung menjawab, pria itu justru melirik ke arah Hera sebelum kemudian memasangkan sabuk pengaman kepada kekasihnya. "Safety first, Ma'am," katanya sebelum mengusap paha Hera dan mencuri satu kecupan singkat di bibir kekasihnya itu.
Hera berbunga-bunga, namun kesadarannya dengan cepat membuatnya menunjuk ke arah depan dan mengatakan hal yang lain. "Ayo buruan, entar ada yang liat kita."
Kirana menurut. Tanpa menjawab ucapan Hera, pria tersebut lantas menjalankan mobilnya keluar dari area gedung perkantoran itu dan melintasi jalan raya menuju apartemennya.
"Mau mampir makan malam dulu?" tanya Kirana setelah menyalakan radio di dalam mobilnya.
Hera menoleh ke arah kekasihnya. "Kamu belum makan malam? Bukannya tadi kamu keluar kantor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)