Setelah dua minggu kantor Lisala sibuk karena kasus Donita, akhirnya perlahan segalanya kembali normal. Terlebih tanpa disangka-sangka, pembelaan terhadap merek Lisala mulai berdatangan dari konsumen-konsumen setia di berbagai platform media sosial. Dan hal itu jelas sangat berdampak baik, sebab nama Lisala semakin terselamatkan dari image baru yang disandang Donita. Meski tetap saja, penurunan daya beli masyarakat terhadap produk Lisala diprediksi masih akan terjadi sampai tiga bulan mendatang.
Tetapi tidak masalah. Kirana yang notabene sebagai orang yang bertanggung jawab atas masalah tersebut dengan sangat bangga dan percaya diri memuji kinerja para staf di depan para BOD atas keberhasilan timnya dalam menangani masalah serius kali ini. Dan ia pun berjanji akan melakukan strategi pemasaran baru dalam waktu dekat demi meningkatkan angka penjualan dan brand awareness bagi Lisala yang masih terbilang sebagai merek baru di dunia perawatan kulit.
Dan sebagai imbalan atas kerja keras selama dua minggu terakhir, Kirana lantas memutuskan membuat pesta perayaan khusus di sebuah restoran mewah yang berada di sebuah hotel di kawasan Setiabudi. Tentu saja mengundang seluruh staf divisi pemasaran dan humas ke pesta tersebut, dan sudah jelas salah satunya adalah Hera, kekasihnya.
Hera baru saja membaca pesan yang dikirimkan Kirana kepadanya. Wanita itu tersenyum kecil saat mendapati pesan sang kekasih yang berisikan permintaan untuk mendatangi ruangannya sebelum pergi ke restoran tempat mereka akan melakukan pesta perayaan.
Hera : Noted, Boss!
Hera yang tengah berjalan ke arah pintu lobi terlihat berbalik arah menuju lift. Mengundang tatapan bertanya dari beberapa teman kantornya yang sedang bersamanya sekarang, termasuk Vino.
"Dompet gue ketinggalan, kalian duluan aja, entar gue nyusul," kata Hera dengan wajah ditekuk-tentu saja ia hanya pura-pura menyesal berpisah dengan teman-temannya.
Vino tersenyum menenangkan. "Sama gue aja kalau gitu. Gue bawa motor," ajaknya sambil mengeluarkan kunci motor dari saku jaketnya.
Hera meringis. Sebelum ia dapat menjawab, Alisha telah lebih dulu menyahuti ucapan Vino. "Rugi dong Hera udah makeup-an cantik-cantik eh diajak naik motor."
Vino memicingkan matanya tidak suka. "Bilang aja lo iri karena gue nggak ngajakin lo, kan?"
Alisha tertawa tidak suka. Ia mendengkus sambil mengibaskan tangannya di udara. "Sori, ya, gue juga udah dandan cantik, siapa tau di sana ketemu cowok ganteng. Kalo naik motor, bisa rusak rambut cetar gue."
"Guys, sorry banget motong pembicaraan. Tapi gue harus ke atas. Kalian duluan aja, ya. Bye," Hera buru-buru kembali masuk ke dalam lift dan meninggalkan teman-temannya di sana-khususnya Alisha dan Vino yang tampaknya masih melanjutkan pertengkaran mereka.
Sesampainya Hera di lantai kantornya, ia celingak-celinguk sejenak, memastikan bahwa pergerakannya aman, sebelum akhirnya menyelinap masuk ke dalam ruangan Kirana dan langsung mengunci pintu itu dari dalam.
"Kamu seneng banget, sih, ngajakin ketemu kayak gini. Takut ketauan, tau," gerutu Hera sambil berjalan ke arah Kirana yang sudah merentangkan kedua tangannya ke udara, siap menyambut kedatangan Hera ke dalam pelukannya.
"Aku kangen," bisik Kirana sambil memeluk Hera yang sudah berada di dekatnya itu. "Kamu nggak kangen aku? Udah tiga hari, lho, kita nggak ciuman," katanya sambil menekankan kata "ciuman" yang seolah-olah itu adalah sesuatu yang sangat penting.
Hera merenggangkan pelukan mereka, memutar bola matanya malas, dan mendengkus sebelum akhirnya kembali menatap Kirana. "Om-om mesum, pikirannya cipokan mulu."
"Karena ceweknya kamu, mana ketemu tiap hari tapi nggak bisa dikekepin gini," gerutu Kirana masih tidak terima dengan keadaan mereka yang harus selalu kucing-kucingan seperti sekarang.
Hera memukul pelan dada sang kekasih. "Risiko, namanya juga pacaran sekantor. Nggak enak kalau mereka tau."
Kirana menghela napas kasar, namun pelan-pelan mengangguk dan menatap bibir Hera berlama-lama. "Go public aja, yuk?"
Hera tertawa. Nyaris terpingkal-pingkal. Bagaimana bisa setelah setahun lamanya, pria yang dulunya meminta hubungan mereka dirahasiakan sekarang justru menginginkan hal yang lain. "Kamu nggak konsisten. Setahun lalu kamu-"
Kirana mengecup bibir Hera, kemudian melumat pelan bibir itu sebelum berkata. "Aku berubah pikiran, aku mau dunia tau kalau kamu milikku," bisik Kirana sebelum kemudian melanjutkan ciumannya yang tertunda.
Bibir mereka saling bertaut dengan mesranya. Tangan Kirana bahkan dengan berani menjelajah ke punggung, semakin turun menuju bokong sang wanita yang tampak menggemaskan bagi Kirana.
Tidak ingin membuang kesempatan, Kirana bahkan meremas bokong itu sambil memperdalam ciumannya. Ia mengeksplorasi lidahnya ke dalam mulut Hera, menjejaki satu per satu area sensitif itu dengan sentuhannya yang perlahan kasar dan penuh gairah. Akibat puasa yang cukup lama, Kirana tidak bisa menahan dirinya sendiri. Kontrol itu sepenuhnya dipegang oleh napsu yang semakin meninggi di setiap detiknya.
"Please, I need you," bisik Kirana setelah melepas kecupannya sejenak. Kemudian tanpa menunggu jawaban Hera, pria itu lantas mendorong tubuh sang wanita ke arah sofa yang ada di ruangannya. Ia menindih tubuh Hera sambil berusaha melepas kancing kemeja Hera hingga menemukan payudara sang wanita yang masih ditutupi oleh bra. Tanpa berkata-kata, Kirana langsung menyingkap payudara itu dan menyesapnya rakus. Seolah itu adalah pertama kalinya ia melakukannya. Tidak hanya itu, tangannya yang nakal perlahan bergerak ke bawah demi melepas kancing celana Hera yang masih terpasang rapi di sana.
***
Seperti biasa, versi lengkap part ini bisa dibaca di karyakarsa, link karyakarsaku ada di bio, ya.
So, guys, only 3 story left, and after this I have another short story collection with different genres that I'll upload it next week, maybe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Short StoryKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)