"Kenapa sampai bisa kecolongan gini?" tanya Kirana dengan mata nyalang. Pria berusia 38 itu tidak menutupi kemarahannya sama sekali, segalanya tampak jelas dari raut wajahnya yang keruh dan nada suara meninggi. "Saya, kan, sudah bilang berkali-kali. Kalau cari KOL itu jangan cuma modal viral kayak Donita, karena hari gini yang viral-viral selalu ada aja muncul yang baru setiap hari. Kita harus punya BA yang image-nya sudah kuat. Lisala ini masih butuh branding awareness, kalian nggak perlu saya jelasin detail soal ini juga, kan?" mata Kirana mengedar ke seluruh ruang rapat, namun dari enam orang staf yang ada di sana, tidak ada satupun yang mampu menjawab pertanyaannya.
"Nge-drugs lagi orangnya. Yang bener aja!" Kirana yang sudah bangkit dari tempat duduknya itu tampak berkecak pinggang. Jelas ia sedang kesal bukan main. "Lisala, brand yang target market-nya perempuan-perempuan yang cantik, lembut, serta bersahaja, tapi BA-nya pake narkoba. Ini konyol banget," pria itu memejamkan mata sejenak, lalu memijat pelipisnya sendiri seraya menghela napas kasar.
Saat ini Kirana tengah mengadakan urgent meeting yang ia lakukan bersama enam stafnya. Hal itu dipicu oleh berita tadi pagi yang menggemparkan jagat hiburan tanah air, bahwa aktris baru bernama Donita Salsabila tertangkap tangan tengah berpesta narkoba di sebuah vila di Bali bersama teman-temannya. Sontak saja, Lisala—merek perawatan kulit—yang telah memakai jasanya itu pun terkena imbasnya. Sebab image Donita yang seketika berubah—yang semula adalah perempuan cantik dan lembut—menjadi perempuan urakan dengan masa depan suram.
Selain itu, berbagai media sosial Lisala pun tidak luput dari serangan netizen yang meminta Donita untuk segera dicopot dari perannya sebagai BA Lisala. Tidak jarang, ada pula yang memberikan ungkapan kekecewaan karena pemilihan Donita sebagai BA Lisala. Dan tentu saja membuat Kirana yang menjabat sebagai Chief Marketing Officer Lisala pun berang tatkala melihat segala kekacauan yang terjadi hari ini.
"Siapa yang kemarin follow up Donita?" tanya Kirana lagi, kali ini nada suaranya lebih tenang dari sebelumnya.
Seorang pria muda bernama Vino lantas mengangkat tangannya takut-takut. "Sa—saya, Pak."
Kirana kembali terdiam cukup lama. Namun sorot matanya tidak lepas dari sosok Vino yang sudah gemetaran di tempat duduknya. Setelah melihat wajah Vino yang berubah pucat, Kirana pun mengalihkan pandangannya ke arah Hera yang duduk tepat di samping Vino. "Hera, setelah ini kamu ke ruangan saya."
Hera mengerutkan keningnya tidak paham. Tetapi ia tetap mengangguk menyetujui perintah sang atasan. "Baik, Pak."
Kirana menutup tabletnya yang terletak di atas meja dan membawanya. "Vino, kamu akan dibantu Hera untuk pembatalan kontrak kerja dengan Donita. Dan untuk tim PR, tolong buat surat klarifikasi dan unggah ke semua sosial media kita. Takedown segala bentuk periklanan yang pakai wajah Donita terutama yang di Instagram dan Tiktok," pria itu mengangguk pelan lalu melanjutkan. "Rapat saya akhiri dan ... Hera, ikut saya."
Kirana lantas berjalan keluar dari ruangan rapat yang masih menyisakan enam stafnya di sana. Beberapa orang bahkan tampak menahan napas saat melepas kepergian Kirana. Mereka tetap memandangi sosok Kirana sampai pria tersebut benar-benar lenyap dari pandangan dan pintu ruang rapat yang kembali tertutup seperti semula.
"Haahhh ... nyaris pingsan gue," keluh Vino seketika, lalu ia menatap Hera dengan pandangan cemas. "Sori banget, Her. Gue jadi ngebebanin lo," kata Vino penuh rasa bersalah.
Hera tersenyum miris. Ia tidak tahu apa yang akan Kirana katakan setelah ini, namun ia ingin berusaha untuk berpikir positif. "Karena gue KOL Specialist juga sama kayak lo, ya wajar kalau Pak Kirana nyuruh gue bantu lo. Santai aja, Vin. Dulu kita juga pernah ngalamin ini, meski yah ... nggak pakai narkoba juga sih BA-nya kita. Kali ini sedikit lebih parah dan sales bulan ini sampai beberapa bulan ke depan udah bisa dipastiin bakalan anjlok."
"Duh, gue nggak enak banget, Her. Gue yang follow up Donita soalnya," Vino mengusap wajah dengan kedua tangannya.
"Dan Donita nggak akan jadi BA Lisala kalau lo nggak dapat approval dari Pak Kirana," jawab Hera diplomatis. "Lo tenang aja, gue sekarang ke Pak Kirana dulu. Lo tolong cari berkas kontrak sama Donita dan kontak manajernya, biasanya kalau baru kena skandal gini manajer pun susah dihubungi, jadi lo kontak aja dari segala arah. Bila perlu Instagram manajernya lo dm," Hera tersenyum tipis sebelum beranjak dari duduknya.
Perempuan itu lalu berjalan mendekati pintu. Dan sebelum ia benar-benar mencapai pintu, suara Vino kembali terdengar dari arah belakang. "Thanks banget, Her. Nanti gue traktir nasi uduk Mang Jajak, ya."
"Gue mau dua porsi," sahur Hera sambil mengacungkan dua jarinya dan tertawa setelahnya.
Well, setidaknya Hera harus tertawa dulu sebelum bertemu dengan sang bos yang sedang dalam mode senggol bacok.
***
Hera memasuki ruangan Kirana setelah ketukannya mendapat sahutan dari dalam. "Pak Kirana ada perlu apa panggil saya?" tanya Hera setelah menutup kembali pintu ruangan bosnya itu.
Baru saja Hera berjalan dua langkah, Kirana yang sedang menekuri laptopnya berucap tanpa menoleh. "Kunci pintunya," setelahnya pria itu barulah menatap Hera.
Setengah heran tapi Hera tetap menuruti perintah sang atasan mengunci pintu ruangan tersebut. Setelahnya barulah Kirana berjalan lebar-lebar ke arah Hera lalu menarik tubuh sang wanita ke dalam pelukannya. Pelukan yang cukup erat, sampai-sampai Hera merasa agak sesak.
"Sayang, kita lagi di kantor," cicit Hera.
Tidak ada jawaban dari Kirana, namun pria itu perlahan melonggarkan pelukannya hingga akhirnya pelukan tersebut terlepas juga. "Aku kesel banget, Ra."
Hera mengangguk mengerti, berusaha memvalidasi perasaan Kirana yang sedang kesal oleh masalah hari ini. "Iya, aku tau, Sayang. Aku akan bantu Vino buat selesaiin pembatalan kontrak dengan Donita," Hera mengusap rahang Kirana yang ditumbuhi bakal cambang itu. "Malam ini aku nginep ke apartemen kamu deh. Gimana?"
Bukannya menjawab, Kirana justru menangkup kedua sisi wajah Hera dan mencium bibir sang wanita tiba-tiba. Hisapan yang dalam dan tergesa-gesa, Hera tahu betul bahwa Kirana sedang melampiaskan emosinya ke dalam ciuman yang membara. Tapi masalahnya ... mereka sedang ada di kantor dan terlebih lagi sekarang masih jam kerja!
Mau tak mau Hera pun memukul dada Kirana, hingga ciuman itu akhirnya terlepas dengan napas Hera yang mulai ngos-ngosan. "Nanti ada yang liat, gimana?" protes Hera agak kesal.
"Kan pintunya udah dikunci," sahut Kirana sambil lalu.
Benar juga. Masih belum ingin mengalah, Hera pun memutar otak untuk mencari alasan lain. "Nanti suaranya kedengeran."
"Nggak akan kedengeran kecuali kamu teriak, Sayang."
"Kamu tuh ya—"
"Aku apa?"
"Nyebelin," Hera memutar bola matanya malas. "Jadi, kamu manggil aku ke sini cuma buat cipokan gitu?" tanya Hera langsung, tanpa basa-basi.
Dan yang lebih mencengangkannya lagi, Kirana mengangguk mengiakan. "Aku kangen kamu, Ra."
"Kan bisa nanti malam."
"Nggak mau. Maunya sekarang."
Padahal yang umurnya nyaris kepala empat adalah Kirana, tapi nyatanya Hera yang masih berusia 22 itu lah yang seringkali bersikap lebih dewasa. Padahal jika di depan banyak orang, Kirana bisa menjadi pria matang yang tegas serta berwibawa. Namun jika hanya bersama Hera ... maka sifat manjanya akan langsung keluar begitu saja, seperti sekarang.
"Mau ciuman lagi, boleh?" tanya Kirana.
"Nggak—"
Belum selesai Hera menjawab, bibirnya yang sedang terbuka itu justru kembali menjadi sasaran Kirana yang tampaknya sedang tidak ingin mendengar kata tidak dari mulut sang kekasih.
***
Another cute and sweet couple, Guys. Siapa yang suka? ✋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Spicy
Cerita PendekKumpulan short story khusus 21+ Trigger warning: mature, adult romance, sex scene, and agegap I already warned you guys, pilihlah bacaan yang sesuai dengan umur kalian ya :) (cover from pinterest)