_selamat membaca_
Satya pergi dari area sekolah, mengendari motornya dengan kecepatan super tinggi seolah tidak peduli lagi jika nantinya dia akan tewas karena menabrak sesuatu.
Pada akhirnya disinilah tujuan satya, rumah, tempat dia dilahirkan, tempat dia kembali pulang saat lelah berada diluar. Pria itu bahkan langsung berlari memasuki mansion mewah itu, memeluk wanita berumur lima puluhan itu dengan erat, menangis diam dalam pelukan ibunya.
Amel--ibunya satya tersenyum tipis, membalas pelukan putranya tidak kalah erat "hey, kenapa sayang?"tanya amel
Satya menggeleng, "sakit bunda"adu nya.
Bahkan satya tidak menangis saat ini, dia hanya memejamkan matanya memeluk ibunya dengan erat, menangis dalam diam.
"Gapapa sayang, anak bunda gak lemah"ucap amel mengusap lembut punggung satya
"Apa ada yang salah dari satya bunda"lirih satya
Satya seperti anak kecil yang sedang mengadu kepada ibunya saat ada yang menyakitinya
"Gak ada yang salah sama satya"
"Satya melepaskan dia bun,"adu satya lagi
Amel melepaskan pelukan keduanya, ini bukan kali pertama satya mendatanginya dan mengadu untuk seorang gadis, entah seistimewa apa satya melihat thea. Hingga membuat pria yang tidak pernah meneteskan air matanya untuk siapapun hari ini harus menangis, thea telah membuat satya melakukan sesuatu yang belum pernah pria itu lakukan untuk wanita lain selain ibunya.
Amel tersenyum, merapikan rambut putranya "kamu menyesal?"
Satya menggeleng, "satya cuma---kenapa satya justru memilih itu bun, ini sulit buat satya"ucap nya
Amel menghembuskan nafasnya "Bunda pernah dengar orang berkata 'level tertinggi dalam mencintai adalah merelakan dia bahagia dengan pilihanya'--itu karena kamu tidak memiliki hak untuk memaksanya kan, gak ada yang bilang itu mudah satya, tapi bunda yakin, anak bunda pasti bisa melewatinya"ucap amel
"Bunda--"lirih satya
Amel tersenyum, menunggu kalimat selanjutnya dari satya. "Giur gak bisa bikin dia bahagia"
"Dan apa kamu yakin kamu bisa buat dia bahagia jika dia masih terikat sama masalalunya?gak satya, selama thea masih belum bisa melepaskan giur baik kamu atau thea tidak akan bisa bahagia"jelas amel
"Satya bisa bantu dia dengan pilihanya,mungkin itu pilihan yang tepat nak" sambung amel membelai rahang putranya lembut
Satya menggeleng, "satya mau istirahat"
"Bunda selalu yakin dengan keputusan yang anak bunda buat itu yang terbaik"ucap amel tulus.
---------------
Tidak ada pilihan lain bagi thea selain kembali kerumah nya, tempat yang katanya untuk pulang melepas penat itu terasa bagaikan neraka untuk thea.
Gadis itu memasuki rumah dengan lemas, setelah semalam tidak pulang dan menginap di apartemen milik dirga, tidak ada yang mencarinya sama sekali, memang harusnya seperti itu, dan akan tetap begitu.
"Thea, dari mana aja lo"tegur thesa
Thea tidak mendengarkan ucapan thesa, gadis itu berjalan menuju kamar nya, hal ini membuat thesa geram, pria itu lantas mengejar adik nya dan mencekal lengan thea untuk berhenti.
"Gak sopan lo sama kakak lo"tegur thesa lagi
Thea menoleh, sedikit terkekeh memandang thesa "sejak kapan thesa jadi abang nya thea?"tanya nya
Spontan thesa langsung melepaskan cekalanya, merasa tertohok dengan kalimat yang adik nya ucapkan. "Thea, dimana sopan santun kamu"seru hilda--ibunya thea
"Maaf"lirih thea berniat untuk melanjutkan langkah nya namun kembali berhenti saat ayah nya bersuara
"Kenapa baru pulang?udah puas ngejalang?dari mana kamu huh?"ucap raheja
"Pah"tegur thesa pelan, lalu menghampiri thea
Thesa menyentuh lengan thea "dari mana?"tanya nya
Thea tidak menjawab "gue tanya sama lo thea"seru thesa sedikit kesal
Thea tertawa "thea capek"
"Jawab abang kamu thea"tegur hilda
Thea menoleh, "sejak kapan kalian jadi keluarga thea?sejak kapan kalian peduli sama thea"tanya thea
Plak
Raheja memukul putrinya itu kembali, memandang marah ke arah thea, sementara gadis itu justru tersenyum "tampar lagi?"
Plak
Thea menampar pipinya sendiri dengan keras, hingga berkali kali menyebabkan darah segar keluar dari sudut bibir gadis itu
"Apa yang lo lakuin huh, lo gila"bentak thesa mencekal lengan thea yang terus memukuli dirinya sendiri
Thea kembali tersenyum "ya, aku gila, aku gila berkat kalian, apa kalian kurang puas? AYO BUNUH AKU SIALAN, AKU SUDAH KEHILANGAN SEGALANYA, SEMUA KARENA KALIAN, KALIAN DENGAR HUH, GADIS INI SUDAH TIDAK WARAS, AKU SUDAH GILA, AKU SEMKIN TIDAK BERGUNA, MAKA BUNUH SAJA AKU, AYO LAKUKAN"teriaknya
"Seandainya kalian memberikan ku sedikit saja kasih sayang kalian, aku tidak akan segila ini sekarang"lirihnya kemudian
Hilda maju mendekati thea "jaga omong kosong kamu"geram nya
"Bagian mana?, Emang pernah kalian ngasih sedikit aja kasih sayang kalian buatku huh?"tanya thea
Thea tersenyum miris, melihat bagaimana hancur nya dia sekarang bahkan tidak membuat hati mereka sadar.
Memukul dadanya pelan beberapa kali menyalurkan rasa sesak nya, mata nya yang kembali berair menatap kakak nya sendu "aku capek, gak ada lagi satu pun alasan untuk aku bisa bertahan sa, satu satunya cahaya ku telah kalian renggut, sebenarnya, aku ini berhak bahagia atau tidak sa?"lirihnya sedih
Semuanya bungkam, thea tersenyum miris, kaki kecilnya kembali melangkah menuju kamar, menutupnya dan menguncinya dari dalam supaya tidak ada satupun yang bisa masuk
Perlahan tubuh thea merosot kebawah lantai, gadis itu menangis menekuk kakinya, "hiks hiks tuhan hiks thea hiks mau bahagia hiks thea mau bahagia tuhan hiks tolong thea"isak nya lirih
Tok tok tok
"Thea ini gue, thesa"seru thesa di depan pintu kamar thea
Tidak ada jawaban, hanya suara isakan yang sangat kecil mampu ditangkap indra penderangan thesa, bahkan nyaris tidak terdengar.
Tok tok tok
"Thea, bisa kita bicara"ucap thesa lagi
Bermenit menit berlalu tapi tidak ada jawaban sama sekali, thesa menyerah,mungkin gadis itu memang ingin sendiri dulu supaya tenang. Hilda menghampiri thesa, menepuk pundak putranya pelan
"Kamu peduli?"tanya hilda
Thesa menatap ibunya "sudah seharusnya, dia kembaran thesa, adik thesa itu thea mah bukan tania, kenapa kalian justru membenci thea?"tanya nya
"Kenapa baru sekarang kamu menanyakan itu"tanya hilda
"KARENA DULU KALIAN SELALU MEMBUAT GUE MEMBENCI DIA"bentak nya marah
Mungkinkah ucapan adi tempo lalu akan menjadi kenyataan. Penyesalan, rasa menyesal yang sangat besar ada di hati thesa, menyesal karena dia baru saja mengerti hubunganya thea.
Menyesal karena dia tidak pernah sedikitpun mengikuti kata hatinya.
Bisakah thesa memperbaiki semua kesalahanya, bisakah thesa membahagian adik kecil nya itu, bisakah thesa membangun kembali tali persaudaraannya dengan thea yang telah lama ia putus
.
.
.
_terimakasih_
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHEASTORY
Romance. . . "apa aku juga tidak berhak bahagia?" . . . "im thea not tania" . . .