kenangan lama

15 0 0
                                    

.
.
.
.
_love me too_

Hari ini akhirnya pintu kamar thea terbuka, tidak lagi terkunci dari luar, seperti malam sebelumnya

Sudah empat hari lamanya thea di kurung di dalam kamarnya, setelah kejadian itu tidak ada satupun yang mengusiknya, entah akan thea sebut ini hukuman atau sebuah hal yang harus ia syukuri.

Selama empat hari thea fokus pada pemulihan tubuhnya, menyembuhkan semua memar dan lukanya menggunakan salep dan obat seadaanya. Selama empat hari ini juga, keluarganya tidak lagi memukulinya, mereka hanya menguncinya di dalam kamar, sesekali bi inah art rumah ini membawakanya makanan. Ia cukup tau diri, tidak mungkin ibu atau saudaranya mengantarkan nasi untuk thea

Pukul delapan malam, thea nekat keluar rumah sendirian, memakai sweater oversize nya, rambut yang ia gerai bebas, wajah nya yang polos tanpa make up, membuat kadar kecantikanya menaiki level yang lebih tinggi.

Dengan gontai, thea berjalan menyusuri sepi nya komplek perumahaan mewah yang keluarganya tempati, menuju alfamaret terdekat untuk membeli cemilan, karena sungguh, perutnya saat ini sangat lapar, tentang uang?, thea sendiri tidak tau,  setaunya satupun dari kelurganya sama sekali tidak pernah memberikanya uang jajan, mereka hanya membiyai pendidikan thea, untuk makan pun mengandalkan jatah dari mereka, tiga kali dalam sehari,

Ia ingat betul, bi inah hari itu datang memberikannya sebuah atm kosong tanpa dana, secara mendadak, atm kosong itu diisi uang ratusan rupiah setiap bulanya, ia tidak yakin jika ayah nya yang memberikanya, dilihat dari bagaimana sikap raheja membencinya sangat tidak mungkin pria itu dengan rela memberikan uang nya secara cuma cuma,

Tania?, saudarinya itu terlalu licik, ia bahkan merebut semua kebahagiaan nya tanpa sisa, lalu bagaimana bisa dia mau memberikannya uang

Siapapun dia, thea yakin masih salah satu anggota keluarganya, hanya saja orang itu tidak ingin thea tahu identitasnya

Uang itu terus bertambah, setiap bulanya, tidak besar memang jumlah kenaikanya, tapi cukup untuk thea mengurus keperluan pribadinya, termasuk membeli obat obatan untuk menyembuhkan luka fisik yang dia terima

Sampai di alfamaret segera thea menuju rak cemilan, mengambil beberapa makanan ringan, susu, dan jangan lupakan coklat,

Asik memilih, dering ponsel miliknya membuat thea segera mengambil ponsel tersebut, membaca nama yang tertera di layar handphone nya, berpikir sejenak sebelum akhirnya ia tetap memilih untuk menerimanya.

"halo"

"gimana?" tanya orang di seberang sana khawatir

Thea mengernyit, "apanya"

"keadaan kamu thea, baik baik aja kan" tanya nya lagi

Tanpa sadar thea mengigit bibir bawah nya menahan tangis, apa benar pria ini khawatir?kepadanya?, ingin rasanya dia berlari kearah pria itu, untuk menumpahkan segala masalahnya.

"thea gapapa kok"jawab nya.

"besok aku jemput, jangan berangkat dulu" perintahnya.

Thea mengangguk"lalu tania?"

Terdengar orang diseberang sana menghela nafasnya lelah, "gue usahain bujuk tania" jawab nya setelah itu sambungan terputus.

Thea menatap nanar layar ponselnya sejenak, haruskah dia kembali mempercayai ucapan pria itu? Mengesampingkan tania walau untuk sekali,  apa dia bisa?

Tidak mau ambil pusing, thea kembali melangkah membeli beberapa perobatan yang ia perlukan, memasukanya kedalam keranjang, kemudian membawanya ke kasir untuk membayar.

"berapa mba"tanya thea sopan

"Seratus tiga puluh ribu kak"

Thea membuka dompetnya, mengambil uang ratusan ribu kemudian menyerahkanya,

Thea sendiri tidak berniat untuk langsung pulang, ia duduk terlebih dahulu di depan alfamaret, memandang hamparan langit di atas sana, merasakan semilir angin malam yang menenangkan untuk thea.

Pikiran gadis itu berkelana ke masalalu, ia tersenyum simpul, masih terekam jelas di ingatanya reaksi giur saat pertama kali menatapnya, giur yang dingin dan tak tersentuh sementara thea yang polos dan lugu.

Reaksi ketika pertama kali pria itu marah karena ulahnya, saat itu, awal ia masuk kelas sebelas, tanpa sengaja dia melemparkan air tepat mengenai wajah serta seragam giur, sebenarnya ini bukan salahnya juga, thea ingat jelas ia ingin membuang air bekas pel itu dari toilet lantai atas yang dibawah nya adalah taman belakang yang sepi dan dapat thea pastikan tidak ada orang,

Siapa sangka, di bawah pohon yang menjulang tinggi itu, giur duduk dengan buku di tanganya, alhasil air itu membuat giur basah kuyup.

Mengingat masalalu membuat thea ingin memutar waktu, saat dimana giur hanya memandang nya, giur hanya memeluknya dan mengatakan 'thea kesayangan giur itu kuat',  jangankan menamparnya, dulu, digigit serangga saja giur merasa tidak rela. Giur selalu memperlakukanya dengan lembut,sedia obat di balik saku celananya, karena ia tau, sewaktu waktu thea akan terluka maka giur akan mengobatinya.

Kemana giur nya yang dulu? Kemana pergi nya sosok pangeran thea itu?,kenapa semua berlalu begitu cepat, waktu mengubah segalanya termasuk mengubah pangeranya.
.
.
.
.
.
_love me too_

ATHEASTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang