fakta

8 0 0
                                    


Satya tersenyum manis menatap thea yang sedang bersandar sambil memejamkan matanya damai dibawah pohon itu, semilir angin membuat rambut gadis itu berterbangan menutupi sebagian wajahnya tapi itu tidak menganggu kedamaian thea.

Mendekati thea lalu merapikan kembali rambut thea yang menurutnya sangat indah itu, "sayang"ucapnya membangunkan thea

Thea membuka matanya, bersamaan dengan itu satu tetes air mata yang telah ia tahan sedari tadi turun membasahi pipinya membuat satya terkejut. "Ada apa hm?kok nangis?" Tanya nya mengusap lembut pipi thea

"Bahagia, damai, terharu, thea merasakan itu semua, terimakasih satya udah ngenalin thea apa itu kasih sayang dan kebahagiaan, makasih udah ngasih thea apa yang selama ini thea harapin"ucapnya menatap satya berkaca kaca

Satya tidak pernah rela satu tetes air matapun menetes dari mata ratunya, dia mencium kening thea lembut lalu menatapnya teduh

"Kamu memilih aku, bagaimana mungkin aku gak memberikan kebahagiaan buat kamu hm?"

Thea ikut tersenyum, sekarang wajah thea sudah benar benar bersih dari luka, satya dan keluarganya memberikan thea perawatan yang sangat istimewa hingga membuat semua lukanya sembuh dalam waktu dekat. Membuat gadis itu semakin cantik.

"Mau jalan jalan nggak?"tanya nya segera diangguki thea antuasias

Drrttt drrtttt drrttt

Satya merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya, segera dia menekan ikon hijau itu untuk menerima panggilan arka.

"Lo dimana?, Gue udah di rumah lo nih"ucap arka tidak sabar

Satya berdehem pelan sebagai jawaban, lalu mematikan telefon itu sepihak, kini dia kembali menatap thea "ada yang mau ketemu kamu,"

Thea mengernyit "siapa?"tanya nya

"Dinda,"

Satu nama yang keluar dari mulut satya berhasil mengubah raut bahagia diwajah thea menjadi sedih, melihat hal itu satya segera menangkup kedua pipi thea dengan kedua tanganya. Mencoba berbicara dengan baik kepada gadis nya

"Aku punya alasan kenapa mengizinkan dinda ketemu kamu sayang, dia gak seburuk yang kamu bayangin, dia baik, aku percaya itu"jelasnya

Thea menggeleng hendak menolak, tapi segera di sela satya kembali "thea, sayang, dengerin dulu penjelasan dinda ya, kamu bisa langsung panggil aku nanti kalau dia berani nyakitin kamu, mau kan?"

Thea mengangguk pasrah, lebih memilih untuk menuruti satya dari pada mengecewakan kepercayaan pria itu, lagipula satya sudah berjanji, apa yang akan thea takutkan lagi.

Disinilah thea sekarang, duduk bersebrangan dengan dinda, satya di samping nya kembali mencium kening thea lembut lalu menatap arka dan dinda bergantian, "jaga sikap lo"ucapnya untuk dinda sebelum akhirnya membiarkan dirinya ditarik oleh arka untuk menjauhi kedua gadis itu

Dinda tersenyum canggung, sudah berapa lama dia tidak duduk berdua bersama thea tanpa adanya kerusuhan yang berakhir menyakiti thea. Dinda mendekati thea, wajar bagi dinda jika kini thea justru bergeser sedikit menjauhinya

"Thea hiks gue kangen lo"isaknya luruh

Thea tidak bergeming, dan itu membuat dinda semakin sesak "thea, dengerin penjelasan gue ya, please"pintannya

"Langsung aja mau ngomong apa"ucap thea sedikit ketus,

Masih terngiang di ingatan thea bagaimana dinda memperlakukanya selama ini, meskipun dibanding laura, dinda lebih sering diam memperhatikan, dibanding membullynya

"Kita dulu baik baik aja kan te, lo, gue, laura, adalah sahabat yang mereka bilang tidak terpisahkan. Kita sempat membuat kenangan bareng bareng, kita selalu bersama sama, menghadapi semuanya dengan bahagia--"

ATHEASTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang