Mahesa Sayang Jayden

1.9K 128 12
                                    

Bocah laki-laki 9 tahun itu menangis kala melihat kakak yang ada dalam pelukannya mengerang kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bocah laki-laki 9 tahun itu menangis kala melihat kakak yang ada dalam pelukannya mengerang kesakitan. Keduanya tengah berada di belakang rumah setelah beberapa menit bermain sepak bola. Saat sang kakak ingin melempar bola ke arah si adik, tubuh bocah itu ambruk karena rasa sesak menjalar. Seluruh tubuh bocah itu seolah seperti tertusuk jarum tak kasatmata. Belum lagi rasa sesak yang ia rasakan.

"K-Kak Hesa kenapa?"

Jayden kecil terus mengusap dada sang kakak yang naik turun dengan tak teratur. Kejadian ini baru pertama kali bocah itu alami. Menghadapi Mahesa yang kesakitan seorang diri adalah hal yang paling ia hindari. Biasanya akan ada Jishan dan Joana yang sanggup menangani Mahesa.

"Adek! Kamu apain kakak kamu?!"

Tubuh kecilnya terdorong mundur hingga akhirnya jatuh tersungkur. Mata kecilnya melihat papanya yang dengan sikap menggendong Mahesa.

"Kakak tuh nggak boleh capek-capek!" Jishan memandang tajam Jayden, "kenapa kamu ajak Kakak main bola, hah?"

Hati kecil bocah itu terluka saat sang papa untuk pertama kalinya membentaknya dengan mata berkilat amarah. Tak sepenuhnya salah sebenarnya. Selama ini Jayden sudah diperingatkan untuk tak mengajak Mahesa untuk melakukan aktivitas yang menimbulkan rasa lelah. Namun tadi Mahesa memaksa untuk ikut bermain dengan mata yang berbinar rasa ingin Ikut bermain dengannya. Jayden kecil pun tak tega melihat kakaknya yang tak pernah mendapat kebebasan.

"P-Pa, bukan salah Adek."

Jayden melihat sang kakak yang kepayahan menghalau rasa sakit dan sesak yang membelenggu namun masih berusaha untuk membelanya. Hatinya bimbang. Amarah itu telah mengendap dalam hatinya. Tapi di sisi lain ia tak mampu membenci Mahesa.

"J-Jangan marahin Adek."

Suara itu semakin memelan seiring dengan kesadaran Mahesa hingga papa dua anak itu dilanda kepanikan. Tanpa memedulikan si bungsu yang masih terduduk dengan kaki yang terkilir, Jishan melenggang pergi dengan membawa Mahesa dalam gendongannya.

Bocah itu menunduk dengan air mata yang mengalir tanpa mampu ia cegah. Bahkan ia tak menyadari ada Bibi Asih yang melangkah menghampirinya.

"Den Jay, sama Bibi aja yuk."

***

Usapan lembut itu tak membuat lelap seorang Jayden terganggu. Mata itu tetap terpejam membuat sosok yang kini duduk sembari memerhatikannya merasa lega.

Mahesa menatap sang adik dengan netra yang telah berkaca-kaca. Setengah jam lalu ia terbangun seiring dengan rasa sakit yang telah sirna. Begitu tak mendapati Jayden di kamarnya, cowok itu langsung melangkah ke arah kamar sang adik.

"Maaf, Adek," Mahesa menghapus jejak air mata di pipi sang adik, "maaf udah rebut perhatian Mama dan Papa."

Mahesa mendengarnya. Percakapan Jayden dengan Mama Satria tadi ia dengar dengan hati yang perih. Bahkan orang lain jauh lebih peduli dengan sang adik dibanding kedua orang tuanya.

Everlasting Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang