𝙼𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 ♡
(Btw kelar yang ini, aku up cerita baru Jayhoon, aku udah curhat di wall, sama Jayki juga. Tapi juga akan fokus ke spin off Juan. Itu cerita sebenernya udah mau ending)
°°°
"Adek, sebelum pulang ke Bandung, kamu harus minum obat dulu."
Keluarga kecil Ansel pagi ini akan segera pulang ke Bandung. Cukup satu hari mereka di Yogyakarta karena rupanya Javier sudah tak sabar untuk berbaring di ranjang king size kesayangannya. Ansel terkekeh geli dalam hati melihag antusias yang Javier tunjukkan. Padahal si bungsu sendiri yang nekat kabur.
"Iya, Pa. Ini lagi mau minum obat."
"Ya udah, Papa packing dulu. Biar kakak kamu yang temenin kamu."
Keadaan Javier telah membaik setelah dirawat oleh Jayden dan papanya. Padahal sebelumnya, cowok itu telah terserang demam sejak dua hari yang lalu. Jayden yang duduk di samping Javier hanya diam mendengar interaksi mereka. Dalam hati masih tak menyangka ia akhirnya memiliki keluarga yang nyata.
"Kakak, kenapa? Luka Kakak masih sakit?"
Jayden menggeleng sembari melukiskan senyum. Ia jujur tentangnya yang tak merasakan sakit apa pun meski ada satu perban yang membalut lengannya akibat kecelakaan beberapa waktu lalu.
"Tapi kenapa bengong?"
Javier mengusap helaian rambut kembarannya lembut. Sedikit ada sengatan dalam hati begitu melihat tatapan Jayden yang kosong. Ada rasa bersalah yang mengendap. Pikirnya, jika saja kala itu ia tak gegabah meminta bantuan pihak berwajib, mungkin saja mata itu masih bisa melihat warna dunia.
"Gue bahagia, Dek. Akhirnya gue ngerasa disayang dan dianggap sebagai keluarga."
Air mata itu akhirnya lolos. Teringat akan kisah kelamnya yang tak pernah berhenti mengemis kasih sayang Joana san Jishan. Dan pada kenyataannya, dirinya hanya anak angkat, tak memiliki ikatan darah sama sekali. Rasa sesak itu hadir lagi saat mengingat sejak ia kecil, ia dipaksa untuk selalu mengalah. Semakin sakit saat tahu bahwa kehadirannya hanya dijadikan pengganti atas adik Mahesa yang tak sempat lahir ke dunia.
"Sekarang, lo jangan ragu buat ceritain semuanya. Gue ini saudara kembar lo. Lo boleh bagi rasa lelah lo, Kak."
Javier mengusap air mata kakaknya. Menyalurkan rasa sayangnya dengan sentuhan manis. Meski ada sesal karena bertahun-tahun tak bisa menemani Jayden, namun larut dalam sesal pun tak ada gunanya. Cowok itu berjanji akan menjadi mata Jayden untuk melihat warna dunia.
"Anak-anak, ayo kita pulang. Adek, kamu kuat jalan?"
Javier mengangguk. Meski rasa lemas itu masih ada, namun ia bersyukur kepalanya sudah tak pening.
"Ya udah, ayo."
Javier mengapit lengan kanan sang kembaran, sedangkan Ansel di sisi kirinya. Ketiganya pun melangkah dengan perlahan menuju mobil yang akan membawa ke bandara.
***
"Lo sayang Mitha kan? Dia sepupu kesayangan lo."
Jason menatap dalam pada seorang cewek cantik berambut agak kepirangan di hadapannya. Keduanya tengah berada di belakang rumah Jason. Kebetulan kediaman cowok itu sepi karena kedua orang tuanya belum pulang bekerja.
"Sayang lah. Lo sama Mitha itu sepupu kesayangan gue."
Jason tersenyum miring. Tangannya merogoh saku celananya demi meraih gawai pintarnya. Jemarinya menekan icon galeri untuk memperlihatkan sebuah foto seorang cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Pain [END]
Teen FictionJika memang hadirnya tak ada artinya, lantas untuk apa dia hidup? Jayden hanyalah seorang anak yang tak pernah dilahirkan hanya untuk menjadi yang kedua. "Sat, gimana rasanya dipeluk sama mama lo?" "Rasanya nyaman dan hangat lah. Bukannya lo sering...