Muncullah readerku tercinta 😻
♡♡♡
Jayden berdiri menatap seseorang yang kini tengah menyodorkan sebuah cokelat padanya. Seorang cewek yang memiliki rambut sebahu dengan pita cantik di mahkotanya. Tak ada raut kaget yang diberikan Jayden. Hal ini sudah biasa, di mana ada lawan jenis yang memberikan hadiah untuknya. Kepopuleran yang didapat Jayden terukir berkat kiprahnya di dunia basket yang kerap kali membawa kemenangan bagi sekolahnya.
"Kak Jay, ini cokelat buat Kakak. Please terima."
Cowok itu menerima cokelat itu tanpa ragu walau sejujurnya ia tak suka makanan manis, apalagi cokelat. Hanya saja Jayden tak pernah ingin menyakiti orang. Hati cowok itu lembut.
"Makasih ya," Jayden membaca name tag di seragam cewek itu, "Syalomitha."
Cewek bernama Syalomitha itu ingin berteriak sekencang mungkin saat Jayden menyebutkan namanya dengan lembut. Batinnya menjerit sambil menggumamkan dalam hati suara Kak Jay bikin meleleh ya Tuhan. Saat cewek itu mendongak demi melihat atensi Jayden, lagi-lagi ia ingin berteriak. Wajah Jayden dari jarak sedekat ini terlihat sangat tampan. Garis rahang Jayden yang tegas membuat banyak cewek terpukau dengan visualnya.
"Sama-sama, Kak. Semoga Kak Jay suka, ya."
Jayden mengangguk menanggapi ucapan cewek yang menjadi adik kelasnya ini. Cowok itu sedikit melirik ke sudut kelas ada Nero dan Satria yang memberi gestur bersiul. Seperti biasa, kedua sahabatnya akan selalu menggodanya setiap kali ada cewek yang berusaha mendekatinya.
"Kalau gitu a-aku balik ke kelas dulu ya, Kak Jay. Bel masuk kelas bentar lagi."
Syalomitha lagi-lagi berbicara sambil menunduk. Cukup gugup berhadapan dengan crush-nya. Tanpa menunggu jawaban dari Jayden yang kini menatap cokelat itu dengan pandangan tak minat, cewek kelas 10 itu berlari menjauh dari area kelas Jayden.
"Harusnya lo tolak aja cokelatnya, Jay. Kasihan anak orang kena PHP."
Jayden menyentil kening Satria hingga si empunya mengaduh pelan saat ia dituduh memberi harapan palsu. Cowok itu duduk di sebelah si termuda Nero yang kini lebih fokus dengan cokelat yang baru saja ia sodorkan. Nero memang pecinta makanan berbau cokelat. Bahkan si termuda itu tak mau ambil pusing dengan perbincangan soal cinta-cintaan antara kedua sahabatnya.
"Gue nggak bermaksud PHP. Cuman gue nggak enak hati nolak. Apalagi pada ngasih terang-terangan. Banyak siswa lain lihat. Kalau langsung gue tolak, kasihan."
Embusan napas kasar keluar dari bibir Jayden. Cowok itu menatap kedua sahabatnya sejenak sebelum akhirnya kembali fokus menatap layar ponselnya. Menunggu berakhirnya waktu istirahat.
***
Mahesa mengernyit bingung sekaligus was-was mendapati seseorang yang ia kenali sebagai saudara kandung Jayden tengah berdiri tepat di hadapannya. Javier mendatanginya dengan raut wajah yang tak bersahabat.
"Mana Kak Jay?" tanya Javier.
Mendengar pertanyaan Javier membuat Mahesa semakin kebingungan. Ada gelisah yang memasung hati. Namun alih-alih menunjukkan rasa cemasnya, Mahesa justru mencoba bersikap biasa saja di hadapan Javier.
"Adek nggak ada di sini. Sejak dia tinggal sama lo, adek nggak mau ke rumah gue."
Adek
Panggilan itu cukup menyengat relung hati Javier. Namun segera ia tepis karena baginya bukan waktunya bagi cowok itu untuk mengurusi tentang perasaan risihnya. Jayden melirik ke belakang tubuh Mahesa. Berharap Mahesa berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Pain [END]
Novela JuvenilJika memang hadirnya tak ada artinya, lantas untuk apa dia hidup? Jayden hanyalah seorang anak yang tak pernah dilahirkan hanya untuk menjadi yang kedua. "Sat, gimana rasanya dipeluk sama mama lo?" "Rasanya nyaman dan hangat lah. Bukannya lo sering...