Gone

1K 83 36
                                    

𝙎𝙩𝙪𝙘𝙠 𝙟𝙪𝙟𝙪𝙧. 𝙆𝙚𝙖𝙗𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙜𝙪 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙣𝙚𝙢𝙚𝙣𝙞𝙣 𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 🥲 𝙞𝙣𝙞 𝙧𝙚𝙠𝙤𝙧 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠𝙪 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙠 𝙥𝙖𝙠𝙖𝙞 𝙫𝙞𝙨𝙪𝙖𝙡 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧 𝙚𝙣𝙝𝙖. 𝙋𝙡𝙞𝙨 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣 𝙖𝙥𝙖 𝙜𝙞𝙩𝙪. 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙞𝙙𝙚𝙧 𝙥𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚 (𝙢𝙖𝙖𝙛 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙣𝙜𝙚𝙛𝙚𝙚𝙡 𝙥𝙖𝙧𝙩 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙨𝙩𝙪𝙘𝙠 𝙙𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙥𝙖𝙠𝙨𝙖𝙞𝙣 𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨)

Tubuh Jayden sering kali bergetar  setiap kali tak ada Mahesa di sisinya. Apalagi sang kakak tak selalu datang menemaninya. Wajar bagi siapa pun yang tahu bagaimana perjuangan Mahesa untuk membuat Jayden tetap kuat melawan trauma masa kecilnya. Butuh waktu lama hingga ia bisa berdiri di bawah kakinya sendiri. Dulu ketika baru sembuh dari sakit atas luka gigitan ular, cowok itu bahkan tak pernah mau berjauhkan dengan Mahesa.

Hanya ada Mahesa yang selalu berusaha menemani kala itu. Jishan dan Joana lebih memilih acuh, berdalih fokus pada kesehatan Mahesa. Terhitung sejak ia membuka mata seminggu yang lalu, sang kakak selalu di sampingnya.

"Adek, udah waktunya pulang. Mau ditemenin? Biar Kakak izin sama Om Ansel dulu."

Ansel yang berada di samping Mahesa mengangguk pasrah. Sang putra bahkan belum mau membuka suara untuknya. Hati ayah mana pun akan terluka mendapati buah hatinya yang menjauh. Padahal keduanya baru akan memulai hubungan sebagai sepasang anak dan ayah.

"Jay, kamu turun pelan-pelan ya. Duduk di kursi roda."

Jayden tak menyahut. Namun ia tetap menuruti permintaan papanya. Dalam hati ia masih sedikit takut dengan keadaannya saat ini. Gelap dan tanpa warna.

Hati cowok itu hancur semenjak dunianya yang berwarna kini sirna. Impiannya untuk menjadi pemain basket profesional telah pupus.

Dalam kehati-hatiannya, Jayden meraba udara. Berusaha sekuat mungkin melawan ketakutannya saat tangan papanya merangkul bahunya. Cowok itu belum terbiasa berdekatan dengan orang tua satu-satunya ini.

"Nak, nggak apa-apa kalau kamu nggak mau ngomong sama Papa. Tapi jangan Javier ya? Dia yang paling hancur saat kamu diculik. Bahkan dia nggak pernah pulang pas kamu koma."

Perasaan Jayden berdesir perih. Merutuk dalam hati karena ia baru menyadari sejak kedatangan Mahesa, adik kembarnya tak pernah muncul di hadapannya. Ia terlalu fokus menata hati dan menghalau rasa takutnya sampai tak menyadari perlakuannya tanpa sengaja menyakiti Javier.

Nggak akan. Ini rumah gue. Lo adek kandung gue.

Jayden seolah seperti mengkhianati janjinya sendiri. Padahal seharusnya kembarannya yang ada di sisinya. Cowok itu mengembuskan napas pelan demi menghalau sesak yang menghimpit. Dalam perjalanan pulang, cowok itu hanya diam. Bahkan ketika Mahesa mengajaknya berbicara, Jayden tetap tak acuh.

"Adek, udah sampai."

Bahkan Mahesa harus beberapa kali menepuk bahu Jayden demi mengambil atensi sang adik. Tanpa membuka suara, Jayden mengangguk. Dengan bantuan Mahesa dan papanya yang mengapit tubuhnya, Jayden melangkah dengan pelan. Cowok itu menolak untuk memakai kursi roda.

"Tuan Ansel. Syukurlah Tuan sudah pulang."

Langkah mereka terhenti saat seorang Asisten Rumah Tangga menginterupsi. Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya dengan cepat. Ada yang berbeda dari wajah keriput itu. Entah kenapa perasaan Ansel tak enak.

Everlasting Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang