Merasa Terbuang

1.1K 99 58
                                    

Jayden tak pernah menyangka bahwa hidupnya diselimuti banyak rahasia. Termasuk kenyataan bahwa ia hanyalah anak angkat. Bahkan kekecewaan itu semakin bertambah saat mengetahui bahwa ia telah dibuang oleh orang tua kandungnya sendiri.

"Nak, maaf. Waktu itu Papa hampir bangkrut. Papa kalut karena bingung sama biaya hidup kita. Jadi Papa titipin kamu ke Jishan. Maaf--"

"Kalau emang sejak awal kehadiran saya nggak diinginkan, kenapa nggak langsung bunuh saya aja sejak lahir?"

Dalam hidup Jayden, tak pernah ia merasakan berjuta rasa sakit seperti ini. Hadirnya seolah beban bagi semua orang. Cowok itu merasa ditolak oleh semua orang.

Kenyataan pahit itu semakin membuat luka yang sudah lama mengendap semakin perih. Tatapan kecewa ia layangkan untuk sosok pria yang telah mengaku sebagai ayah kandungnya.

"Jayden--"

"Saya lebih baik dilenyapkan sejak awal dibanding hidup kayak gini."

Jayden baru saja ingin melesat pergi, namun lengannya dicekal lembut sang papa. Membuat cowok itu mau tak mau mengurungkan niatnya untuk melangkah.

"Seenggaknya ... seenggaknya pulanglah buat saudara kembar kamu. Yang berdosa di sini Papa, Nak. Adek kembar dan Almarhumah mama kamu nggak salah."

"Saudara kembar?"

Keterkejutan Jayden semakin bertambah seiring dengan lara yang kian mengendap. Kenyataan ia memiliki saudara kembar, sementara ia terbuang, membuat cowok itu merasa tertolak di mana pun.

"Iya, namanya Javier Samudra, Nak. Dia pernah ketemu kamu. Kemarin."

Jayden mengerutkan keningnya, mencoba menggali ingatannya kemarin. Namun nihil. Ia merasa tak bertemu dengan sosok yang katanya saudara kembarnya.

"Dia yang bertubrukan sama kamu. Inget?"

Jayden kini ingat. Sosok cowok berwajah khas blasteran menyapa otaknya. Namun fakta bahwa ia adalah bayi yang tak diinginkan membuat Jayden berusaha mengenyahkan secuil rasa hangat yang menyapa hatinya.

"Inget. Tapi ada saudara kembar pun makin bikin saya berpikir kalau saya anak buangan."

Jayden baru saja ingin melenggang pergi. Namun perkataan Ansel membuat cowok itu terpekur dengan perasaan hancur yang mendominasi.

"Javier lahir sebulan setelah kamu lahir. Dan waktu itu emang Papa berniat mau nitipin kamu ke panti asuhan. Tapi ayah angkat kamu tahu, dan dia ngancem Papa biar dia bisa bawa kamu. Dia jadiin kamu alat biar anak kandungnya bahagia, Jay."

Jishan menjadikannya alat untuk membahagiakan Mahesa.

Rasanya Jayden ingin menghilang, sirna tertelan kegelapan. Kata-kata Ansel bagai kaset rusak yang tak bisa ia enyahkan dari pikiran. Jika ditarik mundur ke masa kecilnya, Jayden memang diperlakukan layaknya anak tiri.

"Ayah angkat kamu ngancem Papa. Ngancem mau laporin Papa ke polisi. Dia juga yang kasih modal buat Papa asal Papa mau serahin kamu ke dia."

"Saya bukan barang yang bisa dijual."

Ansel memejamkan mata erat. Ucapan singkat Jayden bagai belati tak kasatmata yang memghunus hatinya. Nyatanya memang ia menyetujui pertukaran putranya dengan sejumlah uang.

"N-Nak, nggak apa-apa benci Papa. Asal jangan Javier. Dia bahkan nyari kamu selama 7 tahun ini."

Tak mudah bagi Jayden untuk menerima semua kenyataan yang ia ketahui hari ini. Apalagi ketika mengetahui niat awal kedua orang tuanya merawatnya. Cowok itu mengembuskan napas kasar, lantas tanpa berpamitan Jayden melesat pergi meninggalkan Ansel yang kembali harus menelan kekecewaan.

Everlasting Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang