Mengalah

1.2K 93 28
                                        

Please show up my reader. Give me a vote and comment 💝

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

From: Javier

Kalo lo mau ketemu Kak Jay, lo ikut gue. Kak Jay udah ketemu. Gue tunggu didepan rumah lo

Wajah pucat yang meredup itu seolah tersinari oleh secercah cahaya. Mahesa refleks menegakkan tubuhnya. Cowok itu baru saja akan mengulang materi yang diberikan guru homeschooling-nya jika saja Javier tak mengirimi pesan tentang Jayden.

Bahkan sang mama yang duduk di sebelahnya pun cukup terkejut. Joana melihat ada yang berbeda dari si sulung. Wanita paruy baya itu baru saja ingin melempar pertanyaan sebelum akhirnya kalimat yang diutarakan Mahesa membuatnya kalut.

"Ma, Adek ketemu. Javier barusan chat aku."

Jantung Joana bertalu-talu tak karuan. Bisa wanita itu tebak Javier belum memberitahu keadaan Jayden sepenuhnya.

"Kak, ka-kamu kan baru aja belajar. Istirahat aja. Besok aja ketemu adek."

Keadaan Mahesa yang sedang naik turun tak mungkin Joana biarkan bertemu Jayden, sementara bungsunya bahkan belum mampu untuk menggerakkan tubuhnya. Namun ternyata menghadapi Mahesa yang keras kepala cukup sulit.

"Ma, aku nggak selemah itu. Aku pokoknya mau ketemu adek."

"Kak, tapi--"

"Aku takut nggak sempet ketemu Jayden, Ma!"

Ucapan itu sangat menusuk lubuk hati Joana. Belakangan ini Joana selalu mendengar Mahesa mengungkit tentang kematian. Perasaan tak rela kehilangan itu jelas ada. Sampai kapan pun Joana tak akan pernah ikhlas melepas putra yang ia perjuangkan kebahagiaannya.

"Ya udah, jangan marah sama Mama. Tapi janji ya, jangan capek-capek."

Mahesa mengangguk sekenanya. Pikirannya hanya tertuju pada adiknya yang mungkin saja telah ada di rumah Javier. Cowok itu segera bersiap-siap untuk pergi bersama Javier. Tak butuh waktu lama baginya karena Mahesa hanya mengambil hoodie dan sepatu miliknya.

"Mama, aku pergi dulu."

Mahesa mencium punggung tangan mamanya. Membuat Joana rasanya tak rela membiarkan sang putra pergi. Bisa saja ia ikut menjenguk Jayden. Namun wanita paruh baya itu belum siap melihat keadaan si bungsu secara langsung.

"Hati-hati."

Mahesa hanya memberi respon acungan jempol. Kakinya ia bawa melangkah menuju sebuah mobil mewah yang terparkir di depan gerbang rumahnya.

"Javier, maaf agak lama."

Mahesa mengetuk kaca mobil Javier terlebih dahulu sebelum akhirnya si pemilik mobil menginterupsinya untuk masuk. Sepanjang perjalanan, tak ada obrolan sama sekali. Javier sibuk dengan pemikiran rumit dan keputusan yang telah ia tetapkan, Mahesa yang bingung untuk membuka suara. Terlebih lagi sebagian pikirannya hanya tertuju pada adiknya. Meski kehadirannya mungkin tak diharapkan. Namun setidaknya dengan melihat Jayden, hati Mahesa lebih tenang.

Keheningan terpecah saat Mahesa menyadari arah jalan yang dilalui Javier berbeda. Javier tetap melajukan mobilnya tanpa berbelok, padahal seharusnya rumah si kembar ada di belokan yang baru saja dilewati.

"Jav, bukannya rumah lo di belokan tadi?"

Si empunya nama menghela napas pelan. Sebenarnya cukup tak tega dan khawatir dengan keadaan Mahesa. Hanya saja kehadiran sosok di sampingnya ini memang sangat diharapkan kembarannya.

"Entar lo juga tahu. Dan gue bisa pastiin Kak Jay nerima kehadiran lo."

***

Mahesa berusaha menyangkal. Ketika mobil yang dikendarai Javier telah sampai di sebuah tempat yang familier di matanya. Jantung cowok itu berdetak cepat tak karuan. Ada sengatan yang menerjang pada organ sekepal tangannya. Namun ia terus menahannya demi menunggu Javier menjelaskan segalanya.

Everlasting Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang